Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari 2023

Film Pengabdi Setan 2

Film Pengabdi Setan 2  ini set up sama build up-nya bagus. Sayang pay off-nya kurang memaksimalkan potensial. Aku suka setting-nya mereka yang ambil tempat di rusun. Di mana mereka memanfaatkan unsur-unsur yang ada di sana buat menciptakan sisi horror. Misal menggunakan asumsi lift yang rusak untuk menciptakan tragedi kematian massal pada penghuni lift tersebut. Aku juga suka unsur personal dalam kematian tiap karakternya. Misal, si ibu mati sehingga meninggalkan anaknya sendirian. Tiga dari empat anak perempuan mati dan menghantui yang satu masih hidup. Jadi setiap "hantu"-nya punya cerita sendiri, membuat horrornya lebih personal. Unsur setting dan hubungan personal antar karakter, ini menurutku adalah khas dari film Pengabdi Setan yang klasik. Ini yang membedakan dia dengan horror murahan yang hanya mengandalkan jumpscare. Dan versi yang modern ini cukup bisa memenuhi unsur khas klasik itu. Sayangnya dua aspek di atas kurang dimanfaatkan. Aspek setting apartemen, cuma dima

Film DreadOut

Film  DreadOut ini film horror adaptasi game. Versi game-nya bagus. Tapi film-nya goblok banget anjir. Ada banyak hal yang mengecewakan dari film ini, mulai dari karakter, plot, dan world building-nya. Tapi aku kritik jadi dua poin aja, kritik film ini sebagai film horror, dan kritik sebagai film adaptasi game. Sebagai film horror, harusnya bisa memunculkan rasa ngeri bagi penontonnya. Salah cara memunculkan rasa ngeri adalah dengan membuat penonton bisa relate sama apa yang terjadi di dalam film. Oleh karenanya, film horror mengharuskan plotnya itu logis, sesuai dengan yang terjadi di kehidupan penonton. Misal, ketika melihat sesuatu yang menakutkan, respon orang normal adalah takut, lari, dan menghindarinya. Ini adalah respon yang relatable. Kalau responnya santuy aja atau panik berlebihan, ini penonton gak bakal bisa relate. Di film Dreadout, hampir semua respon karakternya, atau plotnya, itu pada gak logis. Dialognya gak nyambung. Contoh, satu karakter ngomongin soal portal, eh ya

Film Hunger Games Songbird

Aku bingung sama plot film ini . Ini tentang apa, arah ceritanya kemana, di akhir cerita aku harus merasa apa. Awalnya aku kira ini film action petualangan, kayak original Hunger Games itu. Di mana sisi menariknya adalah bagaimana si protagonis harus mikir cara memenangkan pertandingan. Adapun film prequel-nya ini, Hunger Games Songbird, awalnya kayak gitu kan. Si protagonis masuk pertandingan. Tapi setelah pertandingan selesai, eh ternyata itu bukan plot utamanya, soalnya filmnya masih ada durasi 1 jam lagi. Buset Durasi sisanya tuh berkisar pada tema, entahlah, love story? Konflik masyarakat? Entahlah, sumpah bingung. Jadi kemungkinan ada 3 tema plot kan, antara action adventure, romance, dan atau social conflict. Masalahnya, ketiga plot tersebut gak kerasa enak diikuti. Pertama action adventure, ini kurang menarik dibandingkan film originalnya. Kayak gampang banget gitu si karakter memenangkan game. Musuhnya pada goblok. Si protagonis cuma modal racun tikus sama nyanyian. What?! Ter

Film Betina Pengikut Iblis

Harusnya film  ini punya premis yang bagus. Tentang penjual gule yang dagingnya dari mayat orang mati. Sayangnya ini kurang dieksplorasi dalam konflik antar karakternya. Misal nih si Sumi awalnya menggunakan daging adik si Sari untuk jualan. Karena laris, maka ketagihan untuk terus menerus. Si Sari, yang mayat adiknya dicuri, mulai mencari pelaku. Terus mulai menyelidiki kenapa gule si Sumi laris. Terus pake ilmu sihir teluh untuk saling fitnah, tuduh, dan semacamnya untuk saling menjatuhkan bisnis kedua karakter tersebut. Intinya ada banyak potensi cerita yang berputar pada ide penjual gule daging kanibal. Tapi sayangnya plot ini gak digunakan. Digunakannya cuma di awal doang. Sampe tengah-tengah, ceritanya jadi generik berkisar di tema balas dendam, perselingkuhan... membosankan. Tapi sepertinya yang jadi fokus, atau yang pingin diunggulkan oleh si penulis adalah tema tentang plot twist misteri mengenai siapa pembunuh si adik Sari dan di mana ibu si Sumi. Masalahnya, gak ada set up

Kapal-Kapalan

Dulu waktu kecil aku punya kapal-kapalan yang sering aku mainin tiap hujan-hujanan. Kapal itu kecil, mungkin seukuran telapak tangan. Terbuat dari kayu sisa bahan bangunan, satu berbentuk kotak, tiga berbentuk persegi panjang kecil. Semua itu aku paku jadi satu, bentuknya itu kayak tank, jadi kotak gitu, terus punya hidung panjang di depan. Sangat tidak hidrodinamis, I know. But what can I say, imajinasi anak kecil, ya kan?! Cara mainnya tuh aku ikatkan tali di bagian depan kapal (bagian hidungnya). Terus aku tarik. Lebih asyik kalau pas hujan, jadi kayak mengikuti aliran genangan air, atau melawannya. Biasanya sih main di depan rumah. Karena dulu lingkungan rumahku kan belum dipaving, masih tanah gitu. Jadi sering banjir. Namun warga mencangkul tanah buat jadi aliran air, supaya airnya menggenang dan menunju selokan utama. Nah, di depan rumahku tuh jadi aliran air ini. Jadi kalo main kapal-kapalan, ini alirannya deras. Terus kan ada rumput-rumput gitu tumbuh alami di sekitar aliran ai

Film The Marvels

Secara umum, film ini tuh tipikal cerita yang aku menyebutnya hero redemption. Di mana si Captain Marvel berusaha memperbaiki kesalahan masa lalu. Dan ini premis yang bagus. Karena aku tertarik untuk mengetahui apa akibat tindakan Captain Marvel men-shutdown pemimpinnya bangsa Kree. Pasti bakal ada problem kan. Ditambah ada karakter Photon, keponakan yang dia tinggalkan saat masih kecil. Juga Miss Marvel yang merupakan fans, Captain Marvel pasti mengalami struggle bagaimana menampilkan diri jadi panutan kedua karakter tersebut. Ini kan konflik menarik. Terus juga ada premis di mana ketiga karakter ini mengalami quantum entangling atau apa itu istilahnya, di mana mereka bisa switch up setiap kali menggunakan kekuatan mereka secara bersamaan. Ini juga bisa jadi potensi konflik sekaligus alat yang bagus untuk dinamika relationship antar ketiga karakter. Sayangnya, sayang banget, potensi kedua premis di atas kurang digunakan secara maksimal. Karena aku melihat di tengah-tengah film, konfl

Film Gatotkaca

Film ini mengecewakan. Mulai dari kostum, dialog, koreografi, plot, karakter, worldbuilding, CGI, please.. mulai dari mana aku harus mengkritik. Aku bahas inti permasalahannya saja, yaitu plotnya gak terarah. Secara umum, film ini adalah tipikal plot origin superhero movie. Ya kayak spiderman, iron man, captain america, yang gitu-gitu lah. Nah, apa yang jadi fokus arah plot origin superhero movie? Ya tentu saja karakter superheronya. Mereka fokus pada motivasi, latar belakang, konflik, perkembangan, dan penyelesaian yang dialami oleh si karakter hero. Dalam film yang kita bahas ini, harusnya fokus saja sama perkembangan karakter si Gatotkaca. Masalahnya adalah, film ini gak fokus kesana. Memang ada arah perkembangan karakternya. Mulai dari latar belakang keluarganya, terus motivasinya buat melindungi si ibu (atau balas ayahnya), terus dapat superpower, terus berubah jadi superhero. Namun demikian, ceritanya banyak dialihkan ke plot lain yang menurutku gak penting. Misal plot tentang p

Leve Palestina

Apa gunanya berperang jika tak mungkin kau menang? Itu yang aku tanyakan saat melihat sekelompok grup resistan di Gaza melawan militer Israel. Kayak gak logis gimana gitu. Gimana caranya kamu, yang cuma punya roket buatan rumahan, menang melawan tank rudal yang dipasok negara paling adidaya di dunia? Kenapa gak memilih jalur kalem aja, seperti pemimpin mereka di Tepi Barat? Konflik di Gaza akhir-akhir membuatku banyak mencari tahu historis perlawanan rakyat Palestina. Aku jadi sadar beberapa hal. Yang pertama, konflik ini ternyata bukan soal agama. Sebelumnya aku kira ini perang antara Islam lawan Yahudi, sama kayak perang salib dahulu antara Islam dan Kristen. Ternyata tidak. Dalam kubu Palestina sendiri juga ada kelompok Kristen dan Yahudi. Lalu siapa lawan siapa? Ini adalah Palestina lawan zionisme. Dan aku juga baru tahu kalau tidak semua Yahudi itu mendukung zionisme. So yeah, ini adalah perang kemerdekaan, penjajah dan yang terjajah. Berikutnya aku juga sadar, kalau perlawanan Pa

Kenapa Mikasa Sama Jean, Sih?!

Jadi di endingnya anime Attack on Titan, Mikasa nikah sama Jean, gitu?! Ini aku gak kecewa sih. Gini, aku paham alasan kenapa Mikasa dinikahkan sama Jean. Mungkin karena kasihan sama Mikasa, si kreator gak pingin Mikasa nasibnya menyendiri sampai tua. Terus dipasangkan sama Jean, karena dipikir ya siapa lagi yang cocok. Mungkin gini alasannya. Tapi masalahnya, Mikasa sama Jean ini gak build up relationship. Okey lah, Jean sejak awal sudah menunjukkan benih-benih perasaan. Terus di tengah progres anime, ada momen di mana Jean menyelamatkan Mikasa. Persoalannya, Mikasa gak memberikan timbal balik atas effort dan perasaannya Jean. Jadi sejak awal memang one-sided. Gak ada build up. Relationship development yang gak ada build up-nya, itu gak bagus secara storytelling. Untuk membuktikan kenapa Mikasa-Jean ini gak bagus, itu diuji aja. Coba kalian ganti Jean dengan karakter lain, misal Connie. Nah, taruh Connie sebagai karakter yang menikahi Mikasa di akhir. Nuansa relationship-nya sama kaya

Cara Panggil Perawat

Kalo ingat-ingat dulu nonton sinetron, pas adegan si karakter memanggil-manggil perawat untuk mengecek keadaan pasien, itu drama banget ya. Ada yang manggilnya sampai teriak-teriak, atau lari-lari gitu. Nah, sekarang aku baru tahu kalau di RSUD Sidoarjo ini kita gak perlu drama kayak gitu. Kalau mau panggil perawat, tinggal pencet tombol aja di dekat ranjang tidur si pasien. Ketika di pencet, secara otomatis akan muncul pemberitahuan di meja perawat (ada di tengah-tengah koridor ruangan inap) mengenai nomor kamar dan nomer tempat tidur si pasien yang pencet bel. Terus tak berselang lama si perawat yang sedang jaga bakal meluncur ke sana. Sebelum pakai bel itu, aku gak tahu. Jadi tiap kali mau minta bantuan perawat (kayak benerin infus), aku secara manual mendatangi meja perawat buat panggil mereka. Setelah beberapa kali seperti itu (karena infusnya bolak-balik gak bener), si perawatnya bilang saya tinggal pencet bel aja biar gak capek mondar-mandir. Jadi, ya. Teknologi yang sangat memb

Infus

Tak kira persoalan infus itu sederhana. Tinggal tancap, udah selesai. Tapi ternyata cukup ribet, butuh kontrol, dan bikin perawat bolak-balik ngebenerin. Aku bolak-balik panggil perawat soal infus ini bukan cuma pas cairannya habis doang. Tapi juga sering kali infusnya macet, gak jalan, gak netes. Bahkan beberapa kali juga tangannya bapak jadi bengkak, menghalangi infus buat jalan, sehingga butuh nyari tempat kain buat nancepin infusnya. Kedua tangan bapak tuh sampai kehabisan tempat buat diinfus. Yang terakhir ini infusnya ditaruh di kaki. Entahlah..

Teh Ceprot Gratis Ganti

Gobloknya aku ya, gara-gara benerin headset HP, teh panas yang sedang aku bawa jatuh dan ceprot. Untung aja udah Maghrib, kantin jadi sepi. Langsung deh buru-buru ambil biar gak ketahuan orang. Tapi na'as, luberan air teh sudah meluber di TKP. Tak ayal seorang pedagang (yang tadi barusan aku beli nasi gorengnya) melihat aku yang panik bawa barang bukti. "Kenapa mas?!" tanya bapak pedagang. "Anu pak ceprot," jawabku malu. "Bocor?" tanya bapak pedagang lagi. "Endak pak, salah saya sendiri, tadi jatuh pas saya benerin barang bawaan," jawabku mengakui kesalahan. Lalu aku tanyakan di mana letak tempat sampah. Eh tak disangka, si bapak malah menyuruhku untuk meminta ganti ke pedagang teh panasnya. "Oh, ndak usah pak, saya beli lagi aja," aku yang malah semakin panik karena disuruh minta ganti. "Gapapa, sini tak bantu bilangin ke mbaknya," ucap si bapak yang sepertinya tahu kalau aku malu untuk minta ganti. "Yang itu buang a

Kantin RSUD Sidoarjo

Kantin RSUD Sidoarjo punya sistem pembayaran yang menarik. Jadi, kalo aku makan di tempat, maka si penjual bakal kasih bill, terus bayarnya terpusat di kasir depan. I know, I know, aku ndeso banget. Karena kata emak, sistem pembayaran yang kayak gitu tuh udah umum banget di tempat-tempat pariwisata. Maklumlah, aku jarang keluar rumah. Tapi beneran menarik deh. Karena dengan sistem begini, kita jadi gak riweh sama bayarnya. Misal, aku beli makan di penjual A, terus beli minumnya dari penjual B, ini gak repot bayarnya terpisah ke A dan B, tapi langsung jadi satu ke kasir. Lebih efisien. Cuma aku gak tau, pembayaran terpusat ini wajib atau kagak. Soalnya kalau aku belinya bungkus, maka aku bisa bayar di penjualnya langsung saat aku terima barangnya. Entahlah. Oh ya, masakan para penjual di kantin RSUD Sidoarjo ini juga enak-enak. Standar enaknya: kata emak, hahaha. Sorry aku gak kurang bisa membedakan masakan. Tapi kata emak sih sepadan sama harganya. Lebih mahal dari makanan penjual ping

Sakit dan Tak Punya Keluarga

Saat bapak lagi menunggu kamar di IGD kemarin, datang seorang nenek yang sudah sepuh banget. Aku tidak bisa mendengar percakapannya, tapi di meja pendaftaran sepertinya beliau mengeluhkan sakit. Yang mencengangkan adalah beliau datang sendirian. Saat petugas kesehatan menanyakan apakah ada anggota keluarga yang mengantar, nenek tersebut menangis tanpa mengeluarkan sepatah katapun. Akhirnya petugas medis pun langsung fokus saja menangani beliau, menanyakan keluhan, dan menginfus. Kebetulan bapak dan nenek tersebut berada di satu ruanagan tunggu sementara (bersama banyak pasien lain). Sekali lagi, pemandangan memilukan terjadi. Saat pasien lain ditemani oleh keluarga, diajak bicara, dan dipenuhi kebutuhannya, si nenek ini yang notabene gak ada keluarga yang mengantar, hanya berbaring sendirian. Beberapa kali keluarga dari pasien lain mendekati si nenek ini. Setiap kali ditanya perihal keluarga, beliau menjatuhkan air mata. Aku tidak tahu pasti kenapa tidak ada keluarga yang mengantarkan

Kenapa Orang Miskin Gak Pake KIS-nya

Sebagian orang miskin itu dapat bantuan dari pemerintah untuk kesehatan. Mereka dapat kartu KIS yang gak perlu bayar iuran sama sekali. Dengan KIS, mereka kalau sakit cuma perlu datang ke faskes tingkat pertama, dan mereka langsung dapat layanan kesehatan. Bahkan jika mereka diharuskan untuk tes lab, rawat inap, atau operasi, dengan KIS tersebut mereka bisa mendapatkannya secara gratis sesuai prosedur. Persoalannya, budaya kolot dan kurangnya pengetahuan, membuat orang miskin ini kurang memaksimalkan bantuan pemerintah di bidang kesehatan ini. Budaya kolot yang aku maksud di sini adalah kepercayaan bahwa kesuksesan pengobatan itu bergantung pada reputasi dan cocok-cocokan. Contoh ketika bapak saya sakit keras, semua tetangga termasuk orang tuaku sendiri menganjurkan untuk berobat ke dokter A. Kalau gak cocok, ke dokter B, dan seterusnya. Semua itu berdasarkan pengalaman orang-orang itu, dan cocok-cocokan. Akhirnya yang terjadi, bapak kurang sembuh maksimal, karena dokter umum yang prak

Kehabisan Kamar Bikin Gak Tenang

Perasaan jadi gak tenang kalau kehabisan kamar ketika butuh rawat inap di rumah sakit. Ini aku alami ketika mengantarkan bapak ke RSUD Sidoarjo Sabtu 18 November 2023 lalu. Bapak didiagnosa oleh puskesmas kena tipes dan infeksi. Mereka memberi rujukan untuk dirawat inap di RSUD. Namun sesampainya di RSUD, bapak tidak segera dibawa ke kamar inap, melainkan ditampung dulu di ruang IGD. Mungkin karena terlalu banyaknya pasien kali ya?! Jadi banyak pasien yang ada di ruang IGD tersebut juga bernasib sama seperti bapak, yakni menunggu kamar inap. Saat aku menjaga bapak di ruang IGD tersebut, ada seorang pasien yang diperiksa oleh seorang dokter. Pasien tersebut menyempatkan diri bertanya pada si dokter, kapan dipindah ke kamar inap. Lalu si dokter menjawab bahwa ketersediaan kamar bagi kelas tingkat rendah baru tersedia hari Senin. Setelah dokter tersebut keluar ruangan, terdengarlah kepanikan beberapa pasien lain. Hal ini cukup mengkhawatirkan bagi keluarga pasien. Karena di ruang IGD ters

Kritik Film Spiderman Miles Morales

Aku punya ekspektasi tinggi sama film Spiderman Across The Spiderverse. Dan aku kecewa. Memang filmnya bagus secara visual dan worldbuilding. But character and plot wise, not so much. Even bad . Here’s why . Visual dan worldbuilding yang menarik Pertama, harus aku akui visualnya keren banget. Full color, beda style tiap multiverse, ini memberikan pengalaman unik dalam film yang temanya multiverse. Worldbuilding-nya juga keren. Konsep desain tiap spiderman yang berbeda-beda, dengan masing-masing ability-nya, mak nyus banget. Malah kayaknya ini bagian favoritku dalam film, ketika semua spiderman mengejar Miles dengan ability masing-masing. Ya, dua hal itu yang aku sangat enjoy dalam film ini. Visual, dan worldbuilding. Tapi character dan plot? Oh boy … Karakter yang kurang dinamis Aspek karakter dalam film ini terasa kurang dinamis. Atau kalaupun terjadi dinamika antar karakter, malah jadinya kurang konsisten. Yang kumaksud kurang dinamis adalah kurangnya konflik kepribadian atau motivas

Slama Ini Kau Hebat

Tadi di radio lewat satu lagu yang liriknya kena banget di hati. "Slama ini kau hebat, hanya kau tak didengar." Buat kalian yang update musik lokal, mungkin udah gak asing sama lagunya Ghea Indrawari ini. Aku, harus google dulu, dan baru tau kalo lagu ini udah rilis dua bulan lalu dengan judul "Jiwa Yang Bersedih." Sudah lama aku gak kena hook sama lagu lokal. Terakhir kali mungkin lagunya Payung Teduh yang Akad itu. Setelahnya, ya anggap aja aku gak begitu update sama trend lokal. Tapi lagu ini tadi lewat di radio (pas aku lagi bosan). Terus dengar bagian reff-nya, koq langsung instan tertarik. Mungkin karena pilihan iramanya yang unik, terutama pas "sla-ma i-ni kau he-BAT..." Ini unik menurutku. Kayak, ekspektasinya tuh bakal seirama sama line lain sebelumnya, eh ternyata ditahan di bagian "he-BAT..." itu. Aspek lain yang membuatnya menarik juga mungkin dari sisi lirik. Dia tuh pake lirik yang metafor, tapi juga keseharian. Contoh, perhatikan l

Teringat Teman Lama

Secara random aku teringat beberapa teman lama. Teman kuliah, masa sekolah, masa anak-anak. Anehnya, sebenarnya aku masih punya kontak mereka. Hanya saja... entahlah, bagaimana memulainya? Dahulu berteman itu sederhana. Pingin main, tinggal ajak teman keluar rumah. Pingin, tinggal sms dan telpon aja. Pingin curhat, tinggal DM atau update status di berang. Astaga sejak kapan hidup jadi serumit ini. Sekarang hanya bisa mengenang kejadian lama. Dan berharap di mana pun kalian berada, semoga kalian baik-baik saja.

Jam 11 Malam

Pergi tidur jam 11 malam, dahulu ini terasa impossible. Meskipun ingin sekali bisa tetep melek sampai jam segitu. Karena sewaktu aku kecil, ibu kerja di pabrik shift malam. Pulangnya jam 12. Jadi bapak harus setel alarm jam 11, biar bisa jemput ibu pulang. Beberapa kali terjadi bapak ketiduran, entah karena gak denger alarm, atau memang alarmnya lupa disetel. Yang mana kalo itu terjadi, aku kasihan sama ibu, karena harus berjalan 3 km tengah malam untuk pulang. Jangan kira jalanan dulu itu seterang dan seaman sekarang. Aku tinggal di lingkungan desa, yang mana hal-hal mistis bukanlah mitos belaka. Dan ibu harus berjalan melalui jalanan angker antar desa itu. Karenanya, ingin sekali aku bisa melek malam, biar bisa bangunin bapak tiap malam. Namun seberapa kuatnya aku mencoba melek, selalu saja ketiduran. Entahlah, mungkin karena aku ketika kecil banyak tingkah kali ya saat waktu Maghrib dan Isya. Jadinya jam 9 itu langsung tepar dengan sendirinya. Bandingkan dengan aku yang sudah dewasa

Windows dan Laptop Jadul

Kemarin baru install Windows 8.1 64-bit di laptop lama. Dulunya pakai Windows 7 32-bit. Karena hardisk-nya rusak dang anti baru, jadi sekalian saja minta install-in windows yang baru juga. Awalnya merasa kagak ada masalah. Windows 8.1 64-bit bisa jalan di laptop yang relative judul ini. Tapi setelah nyobain beberapa aplikasi dan browser, baru ketemu sama masalah-masalah yang annoying banget. Masalah Pertama, resolusi grafisnya gak bisa diatur lebih dari 800x600. Dulu bisa sampai 1028x768. Efeknya, tampilan jadi ngeblur. Hal ini sebenarnya normal terjadi kalau kita baru install ulang Windows. Karena driver-nya kehapus waktu install ulang. Resolusi 800x600 itu adalah driver bawaan Windows, yang tujuannya adalah sebagai driver sementara. Pengguna diharapkan menginstall lagi driver yang sesuai spek laptopnya. Dalam hal ini, driver yang harus aku install adalah Intel GMA 3600. Nah, masalahnya adalah, driver Intel enggak support Windows 8 ke atas, paling maksimal ya Windows 7 32-bit. Jadi ga

Jangan Berikan Aku Ikan

Jangan berikan aku ikan, tapi berikan aku pancingnya. Jika kau berikan aku ikan, maka hidupku akan terasa sangat mudah. Tinggal menadah, lapar sudah bukan jadi masalah. Lama-lama, aku pun jadi manja. Iya, jangan berikan aku ikan, tapi berikan aku pancingnya. Tapi kupikir-pikir, percuma juga ya aku miliki pancingnya. Percuma jika tak ada kolam untuk kupancing. Mau aku meunggu satu purnama memancing di kubangan sampah? Iya, mungkin jangan berikan aku ikan, jangan pula pancingnya. Sebaiknya tunjukkan saja di mana kolamnya, atau sungainya, atau pantainya. Pastikan ada ikan di sana. Biar aku cari tahu sendiri bagaimana menangkapnya. Mungkin aku bisa membuat jala. Atau pinjam nelayan sebelah. Atau pakai tangan kosong pun tak mengapa. Aku hanya butuh kesempatan. Sekali saja, jadi orang yang berguna. Bukan orang yang hanya disuapi ikan saja. Bukan pula yang banyak kail pancing namun tanpa kesempatan untuk menggunakannya. Pengangguran tak butuh kasihan. Tak butuh banyak keterampilan. Penganggur

Chat GPT dengan Kostumisasi Kepribadian

Jadi kemarin aku mengisi survei dari developernya Chat GPT. Secara garis besar, survei tersebut membahas tentang evaluasi personality Chat GPT dan bagaimana harapan user terhadap personality tersebut (apa perlu diubah atau gimana). Karena katanya, update versi berikutnya akan menyentuh sisi personality tersebut. Aku tidak menyangka aspek personality ini jadi pertimbangan tersendiri dalam update versi berikutnya. Karena aku pikir personality Chat GPT yang sekarang itu sudah final. I mean , Chat GPT sejak awal diperkenalkan sebagai chat bot yang membantu proses pekerjaan tertentu supaya lebih efisien, seperti coding atau semacamnya. Jadi, personality -nya mungkin ya sengaja dibikin seperti asisten, atau sekretaris mungkin. Nah, kemarin pas ngisi survei, aku kaget ternyata ada banyak beragam opsi personality Chat GPT. Dari yang intim banget seperti teman, sampai yang menganggapnya hanya sekedar robot saja. Kemudian aku coba searching mengenai tips-tips mengisi prompt Chat GPT, ternyata me