Sebagian orang miskin itu dapat bantuan dari pemerintah untuk kesehatan. Mereka dapat kartu KIS yang gak perlu bayar iuran sama sekali.
Dengan KIS, mereka kalau sakit cuma perlu datang ke faskes tingkat pertama, dan mereka langsung dapat layanan kesehatan.
Bahkan jika mereka diharuskan untuk tes lab, rawat inap, atau operasi, dengan KIS tersebut mereka bisa mendapatkannya secara gratis sesuai prosedur.
Persoalannya, budaya kolot dan kurangnya pengetahuan, membuat orang miskin ini kurang memaksimalkan bantuan pemerintah di bidang kesehatan ini.
Budaya kolot yang aku maksud di sini adalah kepercayaan bahwa kesuksesan pengobatan itu bergantung pada reputasi dan cocok-cocokan.
Contoh ketika bapak saya sakit keras, semua tetangga termasuk orang tuaku sendiri menganjurkan untuk berobat ke dokter A. Kalau gak cocok, ke dokter B, dan seterusnya. Semua itu berdasarkan pengalaman orang-orang itu, dan cocok-cocokan.
Akhirnya yang terjadi, bapak kurang sembuh maksimal, karena dokter umum yang praktek pribadi itu kan ya memyembuhkan gejala umumnya saja. Selain itu, keluar biaya juga.
Bandingkan kalau bapak sejak awal menggunakan KIS dan berobat ke faskes yabg dirujuk. Selain gratis, fasilitas pengobatannya juga lebih lengkap, sehingga penyembuhannya lebih efektif.
Selain faktor budaya, juga ada faktor pengetahuan. Kebanyakan orang miskin ini gak begitu familiar sama prosedur pelayanan KIS. Yang mereka tahu, KIS ini untuk ke puskesmas. Sedangkan dalam benak mereka, puskesmas itu cuma ngasih obat doang, gak bisa menangani sakit yang berat-berat.
Contohnya bapakku ketika merasa sakit berat, beliau langsung minta dibawa ke rumah sakit atau klinik yang beliau pikir bisa langsung menangani sakit beratnya itu.
Dampaknya, ya butuh biaya besar. Terus kalau gak punya uang, jadinya menyerah, dan membiarkan sakitnya itu tak tertangani.
Saranku untuk orang-orang miskin yang punya KIS, tolonglah kalau sakit langsung aja ke puskesmas atau faskes yang dirujuk. Itu mudah koq. Ini yang dialami bapakku sendiri.
Beliau sakit dengan gejala perutnya sakit dan muntah-muntah. Saat awal ke puskesmas, memang cuma ditangani secara umum. Beliau dikasih obat yang kalau gak salah diminum untuk 3 hari.
Namun setelah 3 hari masih sakit, kita datang lagi puskesmas. Petugas kesehatannya jadi tahu kalau bapak butuh diagnosa lebih lanjut. Maka dilakukan lah tes laboratorium (gratis).
Dari sini akhirnya diketahui kalau sakitnya bapak butuh penanganan khusus. Terus karena puskesmas gak punya fasilitasnya, jadinya bapak mendapat surat rujukan untuk rawat inap di RSUD.
Di RSUD, bapak mendapatkan penanganan lengkap, yang kalau kita gak pake KIS, pasti biayanya udah jauh di luar kapasitas keuangan keluargaku.
So, buat orang miskin, sehat itu terjangkau kalau kalian tahu prosedurnya.
Komentar
Posting Komentar