Perasaan jadi gak tenang kalau kehabisan kamar ketika butuh rawat inap di rumah sakit.
Ini aku alami ketika mengantarkan bapak ke RSUD Sidoarjo Sabtu 18 November 2023 lalu.
Bapak didiagnosa oleh puskesmas kena tipes dan infeksi. Mereka memberi rujukan untuk dirawat inap di RSUD.
Namun sesampainya di RSUD, bapak tidak segera dibawa ke kamar inap, melainkan ditampung dulu di ruang IGD.
Mungkin karena terlalu banyaknya pasien kali ya?! Jadi banyak pasien yang ada di ruang IGD tersebut juga bernasib sama seperti bapak, yakni menunggu kamar inap.
Saat aku menjaga bapak di ruang IGD tersebut, ada seorang pasien yang diperiksa oleh seorang dokter. Pasien tersebut menyempatkan diri bertanya pada si dokter, kapan dipindah ke kamar inap. Lalu si dokter menjawab bahwa ketersediaan kamar bagi kelas tingkat rendah baru tersedia hari Senin.
Setelah dokter tersebut keluar ruangan, terdengarlah kepanikan beberapa pasien lain.
Hal ini cukup mengkhawatirkan bagi keluarga pasien. Karena di ruang IGD tersebut pasien gak dapat treatment yang seharusnya. Mereka cuma diinfus, gak ada dokter spesialis yang memeriksa, gak ada perawat mengecek. Paling-paling cuma infus. Penunggu pasien juga dibatasi cuma satu orang, karena memang penuh banget ruangannya.
Kekhawatiran yang lebih lagi itu bagaimana jika sakitnya pasien itu jadi lebih parah kalo gak segera dapat treatment yang seharusnya.
Untungnya, bapak segera dapat kamar pas malam itu juga (sekitar 12 jam pasca pertama kali datang di IGD). Entahlah, mungkin ketersediaan kamar yang baru ada hari Senin itu cuma rumor belaka.
Namun hal ini membuatku sadar diri betapa pentingnya ketersediaan fasilitas kesehatan. Aku aja yang keluarganya sakit gak terlalu parah, cukup dibikin khawatir gara-gara gak dapat kamar. Apalagi mereka yang keluarganya sakit parah, tapi faskesnya gak memadai ya?!
Contoh aja seperti yang terjadi di Gaza. Kalo lihat di berita-berita, itu kan mereka sampai ditampung di lorong rumah sakit. Padahal lukanya parah banget dan butuh segera ditangani.
Komentar
Posting Komentar