Pergi tidur jam 11 malam, dahulu ini terasa impossible. Meskipun ingin sekali bisa tetep melek sampai jam segitu.
Karena sewaktu aku kecil, ibu kerja di pabrik shift malam. Pulangnya jam 12. Jadi bapak harus setel alarm jam 11, biar bisa jemput ibu pulang.
Beberapa kali terjadi bapak ketiduran, entah karena gak denger alarm, atau memang alarmnya lupa disetel. Yang mana kalo itu terjadi, aku kasihan sama ibu, karena harus berjalan 3 km tengah malam untuk pulang.
Jangan kira jalanan dulu itu seterang dan seaman sekarang. Aku tinggal di lingkungan desa, yang mana hal-hal mistis bukanlah mitos belaka. Dan ibu harus berjalan melalui jalanan angker antar desa itu.
Karenanya, ingin sekali aku bisa melek malam, biar bisa bangunin bapak tiap malam. Namun seberapa kuatnya aku mencoba melek, selalu saja ketiduran. Entahlah, mungkin karena aku ketika kecil banyak tingkah kali ya saat waktu Maghrib dan Isya. Jadinya jam 9 itu langsung tepar dengan sendirinya.
Bandingkan dengan aku yang sudah dewasa ini. Jam 11 malam terasa jauh dari rasa kantuk. Jam 1, jam 2 malam, mata tetap tak mau terpejam.
Andai bisa, ingin aku tukar pola tidur dewasaku ini dengan masa kecilku. Demikian insomnia ini ada manfaatnya.
Insomnia di masa dewasa, tak lain hanya menambah stress, depresi. Tidur kurang, bangun ketinggalan siang. Semakin berkurang jam untuk berkembang. Stress dan depresi, menyebab insomnia lagi.
Terus saja begitu. Jam 11 malam, ibu sudah tua tak lagi berjalan. Sementara nasibku masih dalam kelam.
Komentar
Posting Komentar