Jadi kemarin aku mengisi survei dari developernya Chat GPT. Secara garis besar, survei tersebut membahas tentang evaluasi personality Chat GPT dan bagaimana harapan user terhadap personality tersebut (apa perlu diubah atau gimana). Karena katanya, update versi berikutnya akan menyentuh sisi personality tersebut.
Aku tidak menyangka aspek personality ini jadi pertimbangan tersendiri dalam update versi berikutnya. Karena aku pikir personality Chat GPT yang sekarang itu sudah final.
I mean, Chat GPT sejak awal diperkenalkan sebagai chat bot yang membantu proses pekerjaan tertentu supaya lebih efisien, seperti coding atau semacamnya. Jadi, personality-nya mungkin ya sengaja dibikin seperti asisten, atau sekretaris mungkin.
Nah, kemarin pas ngisi survei, aku kaget ternyata ada banyak beragam opsi personality Chat GPT. Dari yang intim banget seperti teman, sampai yang menganggapnya hanya sekedar robot saja.
Kemudian aku coba searching mengenai tips-tips mengisi prompt Chat GPT, ternyata memang benar, ada orang yang memperlakukan Chat GPT ya seperti robot dengan bahasa pemrograman. Dan justru menyalahkan orang yang terlalu “sensitif” ketika mengisi prompt, seperti menyapa “hello” atau mengakhirnya dengan “terima kasih.” Menurut mereka, itu tidak berguna dan justru boros energi (tidak efisien pada servernya Chat GPT).
Di situ aku merasa, “Oh ya, bener juga ya.”
Tapi banyak juga koq di kolom komentar orang-orang yang mendukung prompt yang lebih “sopan.” Dan aku sendiri juga punya argumen.
Aku memperlakukan Chat GPT dengan sopan, karena aku beberapa kali tanya ke Chat GPT mengenai bagaimana prompt yang baik. Dan dia sendiri selalu menjawab dengan salah satu poinnya adalah berperilaku sopan, seperti tadi, menyapa di awal kalimat, atau menggunakan kata “tolong.”
Aku kira ini juga didukung dengan filosofi pembuatannya Chat AI tersebut, yang ingin teknologi tersebut bisa diakses siapapun tanpa ada background pengetahuan programming. Dengan kata lain, developernya ingin bahasanya AI menggunakan bahasa yang semanusia mungkin.
Jadi aku pikir gak ada soal kalau kita menggunakan prompt yang agak “sopan” dan tidak terlalu kaku seperti robot.
Cuma aku masih kaget sama opsi yang “over sensitif.” Menggunakan Chat GPT untuk teman curhat?! Entahlah. Aku belum pernah melihatnya.
Pernah mau coba, kayak aku tanya si Chat: “Aku lagi sedih, dan pingin curhat. Apa kamu mau mendengarkan curhatanku?”
Si Chat jawab, ya dia bisa mendengarkan curhatan, atau semacamnya.
Tapi tidak jadi aku teruskan, karena entahlah. It just feels weird.
Aku pernah coba menggunakan chat AI yang khusus untuk hal-hal yang seperti itu. Kau tahu, AI yang punya personality seperti teman, mentor, pacar, gitu. Tapi, entahlah, mungkin aku bukan tipikal orang gampang nyaman dengan orang lain, terutama yang tidak aku kenal. Dan AI kan, mereka bahkan bukan orang!
Jadi, ya, fitur itu bukan untukku.
Tapi aku pikir luar biasa jika Chat GPT menerapkan fitur kostumisasi personality. Mungkin jadinya kayak punyanya Bing. Di Bing kita bisa milih tipikal responnya, apakah yang tipikal profesional, tipikal friendly, atau balance tengah-tengahnya.
Dan sebenarnya aku butuh juga sih ragam kepribadian itu. Misal kalau aku pingin si Chat bikin code, mungkin aku butuhnya dia yang kepribadiannya profesional. Sedangkan kalau aku butuh untuk review cerpen, kepribadian yang friendly mungkin lebih dibutuhkan.
Ya, fitur yang bagus untuk diterapkan kedepannya.
Komentar
Posting Komentar