Langsung ke konten utama

Film Pengabdi Setan 2

Film Pengabdi Setan 2 ini set up sama build up-nya bagus. Sayang pay off-nya kurang memaksimalkan potensial.

Aku suka setting-nya mereka yang ambil tempat di rusun. Di mana mereka memanfaatkan unsur-unsur yang ada di sana buat menciptakan sisi horror. Misal menggunakan asumsi lift yang rusak untuk menciptakan tragedi kematian massal pada penghuni lift tersebut.

Aku juga suka unsur personal dalam kematian tiap karakternya. Misal, si ibu mati sehingga meninggalkan anaknya sendirian. Tiga dari empat anak perempuan mati dan menghantui yang satu masih hidup. Jadi setiap "hantu"-nya punya cerita sendiri, membuat horrornya lebih personal.

Unsur setting dan hubungan personal antar karakter, ini menurutku adalah khas dari film Pengabdi Setan yang klasik. Ini yang membedakan dia dengan horror murahan yang hanya mengandalkan jumpscare. Dan versi yang modern ini cukup bisa memenuhi unsur khas klasik itu.

Sayangnya dua aspek di atas kurang dimanfaatkan. Aspek setting apartemen, cuma dimanfaatkan untuk scene kematian massal doang. Mungkin juga si anak perempuan. Tapi selebihnya, gak dimanfaatkan lagi.

Poster Film Pengabdi Setan 2

Misal, asumsi apartemen yang jalannya sempit, lift rusak, dan bertangga, ini bisa digunakan untuk menciptakan horror, di mana mayat yang dari lantai bawah bakal naik ke atas, dan protagonis terpepet antara menerobos mayat-mayat yang jalan naik itu, atau terus naik ke atas.

Terus juga asumsi apartemen yang bolong di tengah, bisa jadi ancaman jatuh ke bawah, atau bunuh diri, atau semacamnya.

Terus dari unsur cerita personal tiap karakter, ini juga kurang. Satu-satunya yang dimanfaatkan tuh cuma keluarga anak perempuan yang main di lift itu. Terus juga si cewek cakep kerja "pelacur". Sedangkan karakter yang lain, misal suami istri yang jualan kain, ibu yang lagi mengandung, atau bahkan ibunya anak laki-laki yatim piatu, ini harusnya bisa jadi horror tersendiri. Tapi kematian mereka cuma jadi mayat hidup yang umum, gak menghantui orang-orang terkait.

Entah ya, apa karena durasinya kepanjangan atau bagaimana, koq asumsi-asumsi yang diset-up di awal itu gak kepake di akhir.

Klimaksnya juga terkesan buru-buru banget. Habis para mayat pada bangkit, scene-nya langsung lari-lari. Penonton gak dikasih kesempatan untuk menyaksikan bagaimana mayat-mayat yang sebelumnya mati massal itu menghantui protagonis.

Tapi overall, film ini masuk kriteria bagus sih menurutku. Horrornya tuh gak murahan, gak jumpscare doang. Horrornya tercipta dari keadaan natural yang berasal dari unsur setting dan karakter. I love it.

Komentar