Langsung ke konten utama

Sakit dan Tak Punya Keluarga

Saat bapak lagi menunggu kamar di IGD kemarin, datang seorang nenek yang sudah sepuh banget. Aku tidak bisa mendengar percakapannya, tapi di meja pendaftaran sepertinya beliau mengeluhkan sakit.

Yang mencengangkan adalah beliau datang sendirian. Saat petugas kesehatan menanyakan apakah ada anggota keluarga yang mengantar, nenek tersebut menangis tanpa mengeluarkan sepatah katapun.

Akhirnya petugas medis pun langsung fokus saja menangani beliau, menanyakan keluhan, dan menginfus.

Kebetulan bapak dan nenek tersebut berada di satu ruanagan tunggu sementara (bersama banyak pasien lain). Sekali lagi, pemandangan memilukan terjadi.

Saat pasien lain ditemani oleh keluarga, diajak bicara, dan dipenuhi kebutuhannya, si nenek ini yang notabene gak ada keluarga yang mengantar, hanya berbaring sendirian.

Beberapa kali keluarga dari pasien lain mendekati si nenek ini. Setiap kali ditanya perihal keluarga, beliau menjatuhkan air mata.

Aku tidak tahu pasti kenapa tidak ada keluarga yang mengantarkan beliau berobat. Apakah memang sudah tidak ada keluarga, atau mereka semua tinggal jauh.

Tapi apapun itu, tidak seharusnya orang yang sakit itu sendirian. Sakit fisik mungkin bisa ditangani oleh dokter, tapi sakit karena kesepian... bro, bukan tugas mereka untuk menemani si pasien sepanjang waktu.

Untungnya beberapa keluarga pasien lain cukup baik hati untuk sesekali menengok keadaan si nenek ini. Mereka menanyakan kondisinya, membantu memanggilkan perawat, atau ada juga yang menemani beliau bicara.

Aku jadi menghayati lagi tentang nilai penting untuk berkeluarga. Beberapa kali aku pikir untuk hidup sendirian saja di masa depan. Tanpa berkeluarga, tanpa beban.

Tapi setelah melihat nasib si nenek tadi, aku jadi berpikir ada yang lebih membebani ketimbang beban berkeluarga.

Komentar