Langsung ke konten utama

Selalu Tanyakan Kabarnya Dua Kali

Dua bulan lalu saat masa liburan natal dan tahun baru, ada postingan menarik dari page facebook-nya WHO. Mereka posting video penjelasan dari Dr. Maria Van Kerkhove:

“This holiday season, call a loved one, who’s by themselves, ask how they’re doing. Always ask twice – ask the first time and listen to the response, and then ask again and have a conversation.”

Jadi, pada postingan tersebut WHO ingin memberikan pesan, pada momen liburan ini agar masyarakat bergerak menghubungi orang-orang yang dicintainya. Karena kita tahu pada masa liburan, tidak semua orang beruntung bisa berkumpul dengan orang terdekatnya. Sehingga, menghubungi mereka yang sedang sendirian, akan sangat membantu mereka untuk healing.

Namun ada satu yang menarik menurutku dari kutipan tersebut, yaitu saran untuk selalu menanyakan kabar dua kali. Saran ini ditujukan kepada kita yang memiliki teman atau orang terdekat, yang kita tahu keadaannya sedang tidak baik-baik saja, dan kita benar-benar ingin update kondisinya.

Kenapa dua kali? Karena yang pertama selalu dianggap sebagai basa-basi. Memang bertanya kabar sudah kehilangan makna esensinya pada masyarakat kita sekarang.

Bagi sebagian besar orang, bertanya kabar hanyalah dimaknai sebagai “pelumas” sebelum memulai percakapan. Walaupun kita sudah tahu kabarnya, namun secara spontan kita bilang saja, “Hei, apa kabar?!”

Orang yang ditanya juga secara otomatis menjawab baik-baik saja. Ini sudah jadi kayak norma kesopanan dalam etika pengobrolan, hahaha. Saling bertanya kabar bukanlah perkara yang benar-benar penting.

Namun bagi orang yang sedang dalam kesulitan, bertanya kabar bukanlah hal yang remeh temeh. Entahlah setidaknya itu yang aku rasakan.

Kalian tahu sendiri lah, bisa dibilang aku sedang kesulitan pada masa ini. Finansial sulit, dan terlebih lagi, aku harus bertempur dengan depresi yang masih saja menggerogoti.

Oleh karenanya, setiap kali ada teman yang menyapa dan menanyakan kabar, aku merasa cukup tersentuh olehnya. Dalam hati aku berkata, “Wow, dia menanyakan kabarku, dia peduli akan keadaanku, dan mungkin dia akan membantu. Kalaupun tidak bisa membantu, setidaknya dia bisa memberikan support mental kepadaku.”

Iya, ada semacam harapan yang aku rasakan ketika ditanyai kabar. Aku merasa senang, bersyukur, dan jadi ingin menceritakan keadaanku kepada si penanya itu.

Namun demikian, ada pikiran lain menyusul perasaan senang itu. Karena aku juga tahu kebiasaan oarng-orang, bahwa menanyakan kabar hanyalah basa-basi semata. Pikirku, “Ah, mereka tidak benar-benar ingin tahu kabarku. Mereka pasti akan merasa terbebani jika aku ungkapkan masalah yang sedang aku alami.”

Aku merasa sungkan. Akhirnya yang terjadi adalah, jawabanku menjadi seperti orang pada umumnya: jawaban standar, “Alhamdulillah, baik-baik saja.”

Kebiasaan dialog seperti ini sangatlah tidak sehat, menurutku. Jika kita selalu takut untuk jujur mengungkapkan kondisi diri, maka orang lain tidak akan pernah tahu apa yang terjadi. Mereka tidak akan tahu apa yang mereka bisa bantu. Dan bagi diri kita sendiri, emosi yang tak terungkapkan itu akan terus bertumpuk di sana. Suatu saat itu bisa meledak. Itu pernah terjadi padaku saat dulu pernah sempat ingin bunuh diri.

Oleh karenanya penting bagi seseorang untuk menanyakan dua kali, kalau dia memang benar-benar peduli. Karena pertanyaan kabar yang kedua kali, ini pasti tidaklah dianggap sebagai basa-basi. Diulang sampai dua kali, itu menunjukkan dia cukup serius dan menganggapnya itu penting, Dengan demikian, yang ditanyai pasti akan merasa tersentuh, dan secara terbuka menceritakan kondisinya yang sesungguhnya.

Jika kita bertanya kabar hanya satu kali, maka tidak akan terjadi konversasi. Tidak akan ada percakapan yang berarti. Semua hanya berhenti pada basa-basi. Kecuali kalau kalian memang tidak benar-benar peduli dengan keadaannya, maka ya tak masalah jika ngobrol cuma basa-basi. Namun jika kalian benar-benar peduli, maka selalu tanyakan kabarnya dua kali.

Teknis percakapannya bisa seperti ini:

  1. Pertama, tanyakan dengan intonasi yang ringan seperti biasanya, “Apa kabar?”
  2. Lalu lihat responnya dia. Kemungkinan besar dia pasti akan menjawab umum, dan cenderung menutupi unek-uneknya, “Baik, kamu sendiri?”
  3. Di sini kalian bisa menjawab secara umum, atau saranku, lebih bagus kalau kalian cerita secara detail kabar kalian. Entahlah, mungkin masalah di pekerjaan, atau perkembangan status hubungan kalian dengan seseorang. Tunjukkan juga bahwa kalian tidak jauh beda dengan dia. Kalian punya masalah, dan kalian cukup terbuka untuk menceritakannya.
  4. Setelah itu, dengan tatapan dan nada yang serius, tanyakan untuk yang kedua kalinya, “Serius, apa kabarmu?”

Besar kemungkinan selanjutnya dia akan gantian untuk menceritakan kondisinya. Memang sih ada beberapa orang yang tetep tidak mau terbuka meski berapa kalipun kita mencobanya. Dalam hal ini, kita harus menghormati ruang pribadinya. Memang ada sebagian orang yang butuh waktu dan jarak untuk bisa mengambil langkah terbuka kepada orang lain.

Tapi apapun responnya, biasakan bertanya kabar dua kali, terutama kepada seseorang yang kalian kenal dekat, dan kalian tahu dia sedang tidak begitu baik-baik saja. Bertanya kabar dua kali, ini menunjukkan bahwa kalian benar-benar peduli.

Komentar