Langsung ke konten utama

Angka Kehamilan di Luar Nikah

Melihat cerita-cerita di Twitter, aku merasa angka kehamilan di luar nikah jaman internet sekarang itu meningkat tinggi. Oh, mungkin hak hanya aku, banyak orang juga merasa demikian.

Tapi ada juga orang yang bilang kalau bukan meningkat kehamilannya, tapi eksposurnya. Katanya, sebelum era internet, hamil di luar nikah sudah tinggi kejadiannya, cuma tidak terekspos saja.

Benarkah demikian? Hanya eksposur saja?

Hmm... Aku tidak tahu ya bagaimana fenomena yang terjadi pada masyarakat lain, tapi kalau dari sudut pandangku sendiri pada masyarakat desaku, fenomena hamil di luar nikah itu memang benar-benar meningkat, bukan hanya eksposurnya saja.

Pada era sekarang banyak aku dengar anak tetangga buru-buru menikah, atau sudah lahiran padahal masih baru menikah (tahu sendiri ya, apa maksudnya). Sedangkan saat aku masih kecil, aku tidak pernah mendengar fenomena seperti itu. Jadi ada peningkatan di sini.

Itu kan karena belum ada internet, mereka yang hamil di luar nikah pada jaman masa kecilmu itu tidak terkspos, sehingga kamu ga tahu...

Oh, tidak juga. Warga sini sampai sekarang masih belum terbiasa dengan keberadaan internet. Orang-orang seumuran orang tuaku bahkan tidak tahu bagaimana cara SMS. Namun demikian mereka masih bisa mengekspos anak tetangga tanpa bantuan internet. Ini sudah jadi karakter orang desa, eksposur antar tetangga sangat mungkin terjadi, dengan atau tanpa bantuan teknologi.

Dengan demikian, jika fenomena hamil di luar nikah sudah banyak sejak masa sebelum internet, maka harusnya tetap terekspos juga oleh warga desa. Tapi kan tidak ada. Berarti memang tidak atau jarang terjadi fenomena itu pada jaman aku kecil dahulu.

Selain itu, dari sudut pandang budaya pergaulan anak desa, hamil di luar nikah itu juga kecil kemungkinannya terjadi. Karena anak desa itu jarang ada pergaulan membaur antara anak laki-laki dan perempuan.

Anak laki-laki ya bermain dengan anak laki, melakukan permainan laki-laki, seperti main bola, mandi di sungai, atau nyolong mangga. Anak perempuan, ya sama anak perempuan, permainan perempuan, seperti, main lompat tali mungkin... entah, aku tidak terlalu banyak bergaul juga.

Pada jamanku, bagi laki-laki, bermain dengan anak perempuan itu dianggap banci. Sehingga pasti ada gap interaksi antar mereka.

Pada jaman orang tuaku lebih ekstrim, semenjak kecil mereka sudah disuruh sibuk bekerja, gak ada waktu untuk bermain, apalagi bergaul sama perempuan. Paling-paling interaksi yang terjadi adalah para laki-laki menggodai perempuan yang kebetulan lewat di dekat mereka, tapi tidak pernah benar-benar terjadi hubungan pertemanan.

Coba bandingkan dengan jaman sekerang! Aku lihat anak-anak sekarang sejak kecil sudah terbiasa bergaul dengan lawan jenisnya. Bahkan, pacaran. Ada juga yang tidak malu untuk makan bersama tidur di rumah pacarnya. Hampir tidak ada batasan pergaulan.

Nah, bagi orang-orang jaman dulu, disebabkan ada hijab pergaulan antar mereka, maka kecil kemungkinan tumbuh rasa antar dua insan laki dan perempuan tersebut sebelum mereka dewasa. Kalaupun terjadi fenomena hamil di luar nikah, maka besar kemungkinannya itu merupakan hasil pemerkosaan, bukan suka saling suka.

Oleh demikian, aku pikir peningkatan angka kehamilan di luar nikah itu bukan angka eksposur saja, tapi memang benar-benar terjadi perubahan budaya di masyarakat. Pada era sekarang, pergaulan menjadi terlalu bebas, sehingga kehamilan di luar nikah menjadi semakin tak terhindarkan.

Komentar