Cuma satu aspek yang paling bisa aku nikmati dari film Sri Asih ini, yaitu scene tarungnya doang. Selebihnya, plot, karakter, entahlah, bego banget dah.
Tipikal film superhero, plotnya itu harusnya menceritakan dinamika si hero, mulai di awal dia struggle, terus di akhir dia bisa overcome.
Film Sri Asih, ini aku gak ngerasa struggling-nya dia. Kalau pun ada, seringkali artifisial. Kayak, dia itu sebenarnya bisa menyelesaikan rintangan di depannya, cuma goblok aja sehingga kelihatan struggling. Misal pas lawan si setan, dia struggle gak bisa nangkap. Lha kan dia punya selendang itu yang terbukti bisa bikin si setan kagak bisa berubah wujud, kenapa kagak dipake terus?! Tai..
Karena gak ada struggling, maka gak kerasa sisi heroiknya dia di mana. Sebagai film superhero, ini gak menarik.
Plotnya juga gitu, goblok banget. Alur utamanya kan ada dua nih, si Alana pingin balas dendam ke mafia yang mencoba membunuh ibunya. Terus sebagai Sri Asih, dia harus menghentikan Roh Setan melakukan ritual pembangkitan Ratu Api.
Oke, pertama, balas dendam ke mafia. Kenapa gak langsung datang ke rumahnya, anjing?! Kan udah tahu rumah dan perusahaannya. Kenapa harus mampir dulu ke, entah di mana itu, yang kayak gudang isinya cuma satpam mafia. Gak penting banget dah plot ini.
Terus juga scene di mana Alana diam-diam menghadiri pesta topeng, itu faedahnya buat apa coba?! Wong konfrontasi dengan boss mafianya juga di rumah, gak di pesta itu.
Terus, alur buat menghentikan ritual pembangkitan, ini juga goblok tuh grup rahasianya. Haduh apa sih namanya, Jaga Bumi?! Katanya mereka udah melakukan riset, lha koq bisa gak tau gitu lho kalo ritualnya itu harus 1000 korban dibunuh bersamaan. Alasannya "lupa". What the fck...
Sumpah alur cerita dan scene-nya pada goblok banget. Termasuk cerita di awal, yang tentang Alana tinju, terus konflik sama anak si mafia, terus dia mati, ini sebenarnya bisa dihapus. Langsung aja tunjukkan ibu Alana, konflik sama si mafia, terus ibu Alana ditarget, terus Alana balas dendam. Dah simple, gak makan durasi. Kelamaan nih film 2 jam.
Terus juga ada karakter yang gak penting dan gak logic bagi cerita. Si cowok yang suka Alana, siapa sih namanya, Kala ya?! Ya pokoknya itu lah. Dia ini kontribusinya di cerita, apa coba?! Sebagai seseorang yang merekrut Alana jadi Sri Asih, udah itu doang?!
Kalo perannya cuma itu, mending hapus. Jadikan satu aja sama si nenek buta. Atau bahkan si Kala, nenek buta, itu jadiin satu sama si teman masa kecilnya Alana, Tangguh. Kan intinya karakter side kick toh, yang merekrut dan membantu misi Sri Asih.
Si Kala juga gak konsisten. Di awal ditunjukkan kalo dia gak bisa melawan segerombolan tukang pukul suruhan mafia. Lha di akhir koq dia bisa melawan segerombolan mafia pegang bedil. Anjir?! (Ini juga berlaku sama si Tangguh yang notabene cuma wartawan, koq bisa tarung?!)
Si Kala juga annoying banget interaksinya sama si Tangguh. Cemburu gak jelas gitu. Si Tangguh kan gak ngapa-ngapain. Si Alana juga gak menunjukkan afeksi apa gitu ke Kala. Kenapa doi cemburu-cemburu gak jelas dah.
Satu-satunya yang menarik dari film ini adalah action tarungnya. Tapi cuma di akhir doang.
Aku bilangin ya, yang diinginkan penonton dari actionnya superhero adalah ketika doi tarung lawan villain, atau seenggaknya yang setara sama dia. Lha ini, Sri Asih hampir habis film tarungnya sama minion doang, satpam bawa bedil. Apa kerennya.
Aku paham, aku paham. Si penulis naskah pinginnya ada plot twist, gak pingin villain-nya muncul di awal. Tapi kan bisa sih kasih villain lain. Kan ada 5 ksatria atau apa tuh namanya, kasihlah satu taruh tengah-tengah cerita sebagai villain yang merintangi si hero. Biar ga tarung sama satpam mulu.
Dah lah capek ngekritik film Indonesia. Pada bego penulis naskahnya.
Komentar
Posting Komentar