Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Januari, 2024

Belajar Electro Swing Minggu 2

Minggu ini aku nambah move baru, yaitu charleston, mash potato, sama entah apa namanya, running man diagonal?! Aku juga memperbaiki move V-step ku, soalnya minggu lalu aku salah. Harusnya ketukan pertama itu tumit ke dalam (kaki membentuk V). Sedangkan minggu lalu aku malah sebaliknya. Adapun T step juga aku poles, di mana kaki yang jadi tumpuan tidak hanya static pada satu titik, tapi juga ikut berpindah tempat. Transisinya antar kaki juga mulai lancar. Udah sih gitu aja update move-nya. Sementara ini kaki udah mulai lumayan lancar, tidak lagi terasa nyeri sehabis dance. Cuma belum bisa dance pake lagu tempo cepat. Kalo cepat, otot rasanya panas, gak kuat full satu lagu.

Film Aquaman Lost Kingdom

Film Aquaman sequel , aku kasih nilai "meh". Cukup okey ditonton, tapi gak ada kesan, gak ada yang menarik. Yang menarik dari Aquaman yang pertama itu kan konsepnya. Bahwasannya ada kerajaan bawa laut, terus mereka konflik, terus kita disuguhkan berbagai macam action dan teknologi fantasi bawah laut. Keren. Sedangkan pada sekuelnya kali ini, entahlah aku gak mendapatkan kesan adanya action dan keajaiban makhluk bawah laut. Malah kayaknya porsi setting film-nya banyakan di darat, dengan wujud monster-monster yang, biasa aja. Kayaknya sih, film ini tuh lebih pingin menekankan pada aspek karakternya ketimbang action atau worldbuilding. Aspek karakter yang pingin ditonjolkan itu hubungan adik-kakak antara Aquaman dan saudara tirinya. Cuma, apa ya, interaksi yang ditunjukkan itu klise banget. Mereka bertengkar, gak akur, terus di akhir jadi kerjasama. Ya tipikal drama keluarga gitu lah. Jadinya aku ya ngerasa bosan. Soalnya apa bedanya film ini dengan film drama keluarga yang lain

Belajar Electro Swing Minggu 1

Jadi seminggu ini aku mulai belajar nge-dance (untuk pertama kalinya, aku gak pernah nge-dance sebelumnya). Nama dance-nya Electro Swing. Kenapa? Gak kenapa-kenapa sih. Cuma kayaknya asyik aja dance-nya. Dilihatnya itu bikin senyum dan bahagia gitu. Nah, bahagia kan sesuatu yang aku butuhkan akhir-akhir ini. Gimana hasilnya setelah seminggu coba? Parah. Kakiku pada sakit, dan nge-lag macam hardware tahun 90-an. Kita ngelihat video-video di youtube itu kayak gampang gitu dance Electro Swing. Cuma tinggal gerakin kaki doang kiri kanan depan belakang. Tapi kenyataannya susah banget. Yang pertama susahnya itu kendala fisik. Karena udah berbulan-bulan ini aku gak olahraga, jadinya kaki pada sakit semua pas nyobain Electro Swing yang notabene butuh footwork banget. Kendala berikutnya adalah, otak sama kakiku kayak gak nyambung. Jadi kalau aku praktekin pelan-pelan, bisa ngikutin gerakannya. Tapi pas coba pake tempo beneran, kedua kakiku kayak bingung gak ada koordinasi. Tiap mau gerakin kaki

Gaza Will Not Go Down

Ada yang masih ingat sama lagu We Will Not Go Down oleh Michael Heart? Aku familiar sama lagu ini pas masa SMA, pas aku baru punya HP yang bisa nyetel MP3. Dan aku gunakan lagu ini untuk belajar pronounciation bahasa Inggris. Waktu itu aku kurang begitu aware, atau bahkan tidak peduli dengan isu di Gaza. Aku tidak punya gambaran mengenai keadaan di sana. Malah aku mengasumsikan Palestina dan Israel itu tetanggaan, tapi punya batas yang jelas. Jadi kalo salah satu di antara mereka menyerang, ya pasti dihukum lah. Jadi aku mengasumsikan tidak ada ketidakadilan di antara mereka. Paling-paling hukumannya agak telat aja. Sehingga lagu ini terasa seperti puisi yang liriknya dilebih-lebihkan. Kenapa dulu aku gak aware? Kayaknya sih karena akses informasi. Dulu aku akses internet itu cuma kalo ke warnet aja, dan itu pasti buar mengerjakan tugas, bukan browsing masalah negara orang. Adapun TV juga gak begitu banyak menyiarkan tentang Gaza (atau akunya aja yang jarang nonton berita)? Terus juga

Why I am a cat person

Pada awalnya aku tuh gak suka kucing. Waktu aku masih kecil, mungkin usia TK atau belum sekolah, kakakku pelihara kucing. Dan aku selalu siksa kucing tersebut. Iya, aku menyiksa kucing. Aku sering cekik dia, banting dia, lempar dengan mainan. Sampai kayaknya kucing tersebut jadi takut kalau melihat aku. Cuma memang dia masih di rumah soalnya ada kakak yang pelihara dia. Aku gak ingat atas alasan apa aku berbuat gitu sama kucing. Aku gak ada trauma, ketakutan, atau pernah dijahatin sama hewan tersebut. Setahuku ya aku gak suka aja. Atau bisa jadi aku udah psikopat sejak kecil, hahaha... Tapi itu semua berubah setelah aku alami kejadian yang gak bisa aku jelaskan sampai sekarang. Aku diselamatkan oleh kucing tersebut. Kejadiannya itu pagi menjelang siang, mungkin. Aku lagi main di teras rumah. Di samping kanan terasku itu ada tumbuh beberapa pohon pisang. Nah, aku main di dudukan teras dekat pohon pisang tersebut. Tiba-tiba aku di kagetkan sama ular yang merambat melilit pohon pisang ter

Film Rebel Moon

Aku sempet tidur nonton film Rebel Moon . Entahlah, mungkin karena gak ada yang menarik dari film ini. Protagonisnya gak menarik. Tipikal mantan prajurit yang merasa bersalah dan membayar dosanya. Membosankan, gak ada yang unik. Combat-nya juga generik. Ya seperti prajurit, pake melee sama tembak-tembakan. Adapun supporting character lain, entah ada 5 atau 6, mereka semua punya kepribadian yang sama. Merasa bersalah dengan masa lalu, pingin balas dendam, pingin redemption. Hampir gak ada perbedaan lho. Yang beda cuma cara merekrut mereka. Sedangkan apa role mereka dalam grup, gak ada. Semuanya sama-sama tukang pukul. Secara plot juga boring banget. Gak ada sesuatu yang menarik yang terjadi. Paling-paling cuma momen perekrutan satu per satu supporting karakter. Misal yang menjinakkan Griffin itu, sama perempuan yang lawan siluman laba pake lightsaber. Udah itu doang. Kebanyakan waktu dihabiskan buat ngomong mulu. Battle cuma di awal sama akhir doang. Juga gak jelas ini cerita arahnya ke

Film The Creator

Secara plot dan karakter film The Creator itu sedang-sedang aja sih. Gak yang keren banget, gak juga jelek. Soalnya udah umum banget dipake. Protagonis kehilangan orang tercinta, pingin rescue, ketemu anak kecil, lalu berusaha protect anak tersebut sebagai ganti orang tercintanya. Boring, kan?! Tapi mereka mengeksekusi plot dan karakter tersebut dengan cukup baik. Contoh hubungan antara si protagonis dan anak kecil tersebut dibangun dengan tidak buru-buru. Dan cukup konsisten dengan motif masing-masing. Mereka saling mau kerjasama karena sama-sama ingin escape dari antagonis dan pingin ketemu si perempuan. Jadi, plot dan karakternya boring, tapi masih terasa make sense. Nah, sekarang yang paling aku suka dari film ini adalah aspek worldbuilding-nya. Idenya adalah, manusia membangun robot dan AI untuk membantu manusia, bahkan hidup berdampingan, AI punya free will sendiri. Lalu muncul masalah di mana AI meluncurkan nuklir dan membunuh satu kota. Dunia terbagi. Orang barat ingin memusnah

Film The Eye (2002)

Film The Eye punya konsep yang menarik untuk film horror. Protagonisnya adalah perempuan buta dan baru saja mendapatkan transplantasi kornea sehingga dia bisa melihat lagi. Tapi masalahnya, setelah bisa melihat, dia tidak hanya melihat dunia fisik saja tapi juga makhluk gaib. Menarik, dia bisa melihat hantu seorang anak yang mati bunuh diri. Atau hantu anak istri seorang pemilik warung selalu mengunjungi suaminya, juga arwah orang yang hendak atau baru saja mati. Idenya berasal dari fenomena psikiatri tentang bagaimana seseorang beradaptasi dari yang sebelumnya tidak memiliki library sense akan penglihatan terus tiba-tiba bisa menyadari keberadaan sesuatu tanpa harus menyentuhnya. Pasti ada konflik di mana dia bakal kesulitan untuk membedakan mana yang real dan yang tidak. Ide ini dieksplor cukup baik pada awal-awal film, di mana si protagonis tidak tahu bahwa anak kecil yang diajak bicaranya adalah hantu. Terus juga menarik bahwa wajah dirinya sendiri yang dia lihat di cermin bukanla

Anak Baru

SD kelas 2 semester 2, hari pertama masuk sekolah setelah libur semester. Kalau gak salah, mata pelajaran bahasa Indonesia. Bu guru kasih tugas menulis 30 nama orang (kelompok lain tugasnya menulis 30 nama lain, entah hewan atau apa aku lupa). Aku punya ide untuk menulis nama teman-teman sekalas. Masalahnya, jumlah siswa dalam satu kelas saat itu cuma 29 siswa. "Gapapa lah, satunya tinggal tambahin nama baru mengarang," pikirku. Lalu saat aku mencapai nomer sekitar belasan, tiba-tiba bu guru masuk sambil memperkenalkan ada satu anak baru. Dia anak perempuan, namanya sebut saja, April. Aku kurang begitu ingat respon satu kelas saat itu, tapi sepertinya mereka agak tercengang, mungkin. Karena sekolahku saat itu cuma sekolah kecil, lokal desa. Yang sekolah di situ ya cuma orang sekitar sekitar situ saja. Jadi konsep tentang adanya anak baru, itu tidak biasa. Adapun anak baru tersebut, sepertinya agak malu. Atau selanjutnya aku ketahui, dia lebih seperti anak yang kepribadiannya

Dari Atap Rumah

Tadi sore aku benerin talang. Kayaknya ini pertama kalinya aku naik ke atap. Dan pemandangannya, terasa berbeda dari teras rumah. Yo jelas lah, hadeh... I mean, entahlah, ada semacam sense of freedom. Ketika aku lihat ke segala penjuru, mataku bisa melihat dengan bebas hingga jauh mata memandang. Bandingkan dengan dari teras rumah. Pandangan mata terbatas oleh tembok rumah sendiri dan tetangga. Seperti terpenjara. Melihat dunia dari atap rumah, rasanya seperti aku memiliki kuasa. Seperti semua masalah yang ada di rumah, tetangga, dan lingkungan desa, semua tak ada apa-apanya. Seperti aku bisa menaklukkan semuanya, atau lari sebebasnya.

Film Godzilla Minus One

Aku gak nyangka film Godzilla Minus One ini bagus banget. Sebelum nonton, aku lihat review, katanya sih bagus. Cuma bagusnya itu dari aspek karakternya, bukan Godzilla-nya. Sedangkan aku, bukan tipikal audiens yang peduli sama karakter ketika nonton Godzilla. Contohlah Godzilla yang bikinan Hollywood, yang King of Monster sama Versus King Kong. Aku mah gak peduli sama karakternya, mau mati kek, sacrifice kek, bodoh. Yang aku pingin tonton adalah scene Ghidorah lawan Rhodan, Godzilla tag team sama Mothra. Makanya ketika aku dengar Godzilla Minus One bagus dari aspek karakter, dan mediocre sama aspek Godzilla-nya sendiri, aku jadi kurang tertarik. But boy, I am wrong. Protagonisnya, bagus banget. Aku yang awalnya gak peduli, bisa dibikin nangis gara-gara konflik yang dialami karakter. Sebenarnya secara ide simple. Dia adalah mantan prajurit perang yang merasa bersalah karena dia yang menyebabkan rekan-rekannya terbunuh oleh Godzilla, dan dia ingin balas dendam. Ide kayak gini kan banyak

Film Shin Godzilla

Yang aku suka dari film Shin Godzilla ini adalah konsep Godzilla-nya. Pertama, secara visual keren, cukup fresh dibandingkan Godzilla pendahulunya. Doi punya warna ungu. Semburannya juga dibikin bukan seperti nafas api, tapi lebih seperti tembakan laser dari atom yang dipadatkan. Cuma agak aneh aja sama laser yang keluar dari punuk dan buntutnya. Berikutnya secara konsep bahwasannya Godzilla ini mengalami evolusi yang cepat seiring pertumbuhannya, ini cukup emosional. Karena ada penafsiran kalau Godzilla ini senantiasa berada dalam kesakitan dan kemarahan, karena tubuhnya secara konstan harus berubah menyesuaikan lingkungan. Tapi penafsiran ini aku dapatkan dari review, bukan dalam film itu sendiri sih. Kayaknya filmnya kurang bisa menunjukkan aspek ini. Yang aku gak suka dari film ini adalah mereka terlalu tendensius ingin menyampaikan pesan tentang kritik pemerintahan Jepang yang terlalu birokratik. Dengar, aku gak masalah sebuah film atau cerita memiliki pesan moral tertentu. Tapi

Film KKN di Desa Penari

Film  KKN di Desa Penari ini bagus sih. Aku suka plot dan karakternya yang reasonable. Meskipun agak kurang dalam hal masih bergantung sama jumpscare, dan kurang memamfaatkan tema KKN, sehingga terkesan kurang unik. Tapi sebagai film horror, aku okay. Aku bilang plot dan karakternya cukup reasonable dalam ada hukum sebab akibat dalam perkembangan plot dan karakternya. Bahwasanya apa yang menimpa seorang karakter pada plot tertentu, itu memang disebabkan oleh plot yang terjadi sebelumnya. Sehingga kita audiens akan merasa "oh iya juga ya" saat suatu plot terjadi. Contohnya, kenapa si cowok bisa terpikat bujuk rayu antagonis, oh karena dia suka sama si temannya. Terus kenapa si cewek juga mau menuruti si antagonis, karena ada imbalan bakal ngedapetin si cowok. Juga kenapa si cewek kerudung gak terpengaruh sama antagonis, oh karena ada yang melindungi. Kenapa dua cowok lain gak diganggu seperti yang lain, karena mereka gak ngapa-ngapain. Intinya ada hukum sebab akibat kenapa se

Kadal

 Aku gak tau ini kadal disebut apa. Termasuk bunglon kah? Tapi koq kecil?! Entah kenapa akhir-akhir ini aku sering lihat kadal ini. Gak hanya di dekat rumah, tapi juga di jalanan lain yang ada pohon atau rumputnya. Sebelumnya aku jarang atau bahkan gak tau keberadaan kadal ini. Kayaknya waktu aku kecil juga gak pernah menemui. Aku tahunya tuh bunglon. Waktu kecil dulu memang pernah tangkap. Tapi seingatku bunglon agak besar. Dan warna default-nya juga ijo. Lha kadal ini warnanya coklat. Apa karena kamuflase? Kalau secara perilaku sih mirip bunglon, atau mungkin juga kadal lain kayak klarap gitu. Jadi kalau ketahuan orang, dia diem dulu, gak gerak. Berharap gak di-notice gitu. Tapi kalo kita mendekat, dianya langsung cabut. Ah entahlah, apapun itu, semoga munculnya kadal ini bukan pertanda buruk buat lingkungan. Karena bisa aja ini kadal hasil mutasi gara-gara polusi udah makin buruk. Lama-lama jadi godzilla kan berabe...

Film Sri Asih

Cuma satu aspek yang paling bisa aku nikmati dari film Sri Asih ini, yaitu scene tarungnya doang. Selebihnya, plot, karakter, entahlah, bego banget dah. Tipikal film superhero, plotnya itu harusnya menceritakan dinamika si hero, mulai di awal dia struggle, terus di akhir dia bisa overcome. Film Sri Asih, ini aku gak ngerasa struggling-nya dia. Kalau pun ada, seringkali artifisial. Kayak, dia itu sebenarnya bisa menyelesaikan rintangan di depannya, cuma goblok aja sehingga kelihatan struggling. Misal pas lawan si setan, dia struggle gak bisa nangkap. Lha kan dia punya selendang itu yang terbukti bisa bikin si setan kagak bisa berubah wujud, kenapa kagak dipake terus?! Tai.. Karena gak ada struggling, maka gak kerasa sisi heroiknya dia di mana. Sebagai film superhero, ini gak menarik. Plotnya juga gitu, goblok banget. Alur utamanya kan ada dua nih, si Alana pingin balas dendam ke mafia yang mencoba membunuh ibunya. Terus sebagai Sri Asih, dia harus menghentikan Roh Setan melakukan ritua