Langsung ke konten utama

Spiderman No Way Home: Sebuah Nostalgia

Review film Spiderman No Way Home. Sebenarnya ini draft tulisan lama. Aku nonton dan nulis draft ini pas malam tahun baru. Cuma entah kenapa tidak aku terusin. Jadinya terbengkalai dalam tumpukan file dokumen.

Namun tak apa lah. Meski telat, aku upload sajalah sekarang. Karena ada pesan-pesan mendalam yang ingin aku bagikan ke kalian melalui review film ini.

Film ini lebih mirip sebuah tribute

Baiklah, hal yang paling berkesan dari film ini, sudah jelas. Yup, kemunculan dua Spiderman dari seri film pendahulunya. Spiderman yang diperankan Tobby, dan Spiderman-nya Andrew, mereka semua hadir dalam film ini.

Ketimbang film sebagai action superhero, aku merasa film Spiderman No Way Home lebih seperti love letter. Seperti sebuah tribute untuk seri film Spiderman pendahulunya.

Hal ini aku lihat dari adanya adegan tiga Spiderman yang berdialog soal beberapa hal sepele, seperti bagaimana cara kerja web-shooter mereka, atau siapa villain terkuat yang pernah mereka hadapi. Dialog itu menurutku tidak terlalu signifikan terhadap jalannya cerita. Namun adegan itu mendapat durasi cukup lama.

Jadi sepertinya pihak produser film ini hendak memberikan atensi khusus kepada karakter Spiderman pendahulu. Seperti ingin mengingatkan penonton kepada sosok mereka. Seperti ingin berterima kasih kepada film Spiderman tersebut.

Hal ini bahkan tampak kentara pada dialog si Spiderman Andrew merasa bahwa Spiderman versi dirinya payah, karena tidak pernah melawan alien. Kayaknya sih ini menyinggung soal rating film Spiderman versi Andrew yang tidak sebagus versi yang lain. Namun demikian, dalam adegan ini, dia sangat diapresisi, terlihat dalam dialognya.

So yeah, menurutku Spiderman No Way Home ini adalah Love Letter terhadap pendahulunya. Dan ini bukan hal yang buruk. Justru aku merasa sangat tersentuh dengan tiap dialog yang menyinggung soal karakteristik film Spiderman sebelum-sebelumnya.

Katanya fans sih, penyinggungan film Spiderman versi pendahulu ini merupakan strategi marketing, di mana hak franchise Spiderman mau dikembalikan ke SONY Production atau semacamnya. Meski demikian, mereka benar-benar melakukannya dengan baik. Tidak terasa gimmick doang, namun benar-benar menyentuh sisi emosional.

Tiga versi Spiderman dalam diriku

Menonton film Spiderman No Way Home ini, aku merasa menonton bersama tiga versi diriku. Aku kecil, remaja, dan dewasa. Mungkin kalian yang sebaya denganku juga merasa seperti itu. Tahu sendiri kan, film Spiderman versi Tobby, kita menontonnya pas kita masih kecil, sekira umuran SD. Versi Andrew, kita menontonnya pas usia remaja. Dan kini Spiderman versi Tom, kita sudah dewasa.

Menonton ketiga karakter itu dalam satu film, oh God... entah bagaimana aku mendeskripsikan perasaan ini. Seperti semua versi diriku menjadi satu dalam satu momen, sekarang ini, saat menonton film ini.

Aku tidak tahu dengan kalian. Tapi bagiku pribadi, Spiderman adalah sosok yang pertama terbayang saat aku mendengar kata superhero. Bukan Superman, Batman, atau Ironman. Spiderman, adalah mental picture-ku tentang pahlawan super.

Entahlah. Mungkin karena Spiderman adalah film bergenre superhero pertama yang aku tonton. Atau memang dia adalah yang “yang paling hero” di antara hero lain.

Karena, coba bandingkan saja! Di antara pahlawan super lain, Spiderman itu yang paling miskin. Batman, Ironman, mereka kaya raya. Superman, dia wartawan. Siapa lagi, Hulk, Strange, mereka doktor. Mungkin yang paling mendekati miskin yang aku tahu itu Falcon. Dia anak dari keluarga nelayan yang terancam bangkrut.

Lha Spiderman, dia remaja, yatim piatu. Kuliah tinggalnya di kontrakan. Kadang gak punya uang untuk bayar. Jadi fotografer, namun sifatnya freelance. Bruh...

Namun demikian, Spiderman tetap berusaha menjalankan panggilan hatinya untuk menjadi pahlawan, menolong orang di sana-sini. Meski dirinya sendiri terbatas sumber dayanya. Ini kan ciri khas pahlawan banget, mengedepankan orang lain ketimbang dirinya.

Juga kalau kalian sadari, Spiderman adalah satu-satunya hero di Marvel Cinematic Universe yang masih menyembunyikan identitasnya. Hero lain kayak Ironman, Captain Amerika, dan kawan-kawan, meskipun mereka pakai topeng, namun mereka membuka identitas diri.

Sebelum aku mengenal Avenger, aku punya asumsi bahwa setiap superhero itu pasti menutupi identitasnya. Kayak jadi hukum wajib gitu. Bahwa kalau kamu punya kekuatan super, maka jangan dipamerin.

Namun ternyata tidak begitu. Oleh karenanya, itu membuatku berpikir Spiderman adalah hero yang paling hero, karena mampu menahan godaan untuk publikasi diri itu.

Dan aku pribadi hidup dengan konsep superhero seperti Spiderman itu. Mulai dari aku kecil, sampai habis remajaku. Aku berangan-angan, jika aku diberikan kekuatan super, maka aku pakai topeng. Tidak akan aku pamerkan. Dan aku akan menyediakan sebagian besar waktuku untuk menolong orang, meskipun konsekuensinya aku harus mengorbankan kehidupan normalku.

Namun seiring menginjak usia dewasa, aku mulai meragukan konsep itu. Pertama, jelas bahwa kekuatan super itu tidak nyata, haha. Kedua, kau tidak bisa menjadi pahlawan di tengah keterbatasan.

Ya, kau tahu, di usia dewasa aku mulai kenalan dengan film Avenger, yang mana semua pahlawan supernya memiliki dukungan sumber daya. Ironman dengan kekayaannya, Captain America didukung negara, dan lainnya.

Bahkan karakter Spiderman sendiri, yang versi baru, dia juga punya dukungan sumber daya. Iya kan? Dia dikasih teknologi oleh Stark Industry. So, what is the point of me to be a hero?

Aku kehilangan diriku

Itu yang aku pikirkan. Tidak mungkin aku bisa menjadi pahlawan dengan keadaanku yang miskin begini. Jangankan menolong orang, bahkan menolong diriku sendiri untuk cari makan saja susah. Konsep Spiderman yang lama itu sudah usang. Di jaman sekarang, kamu harus punya dukungan untuk menjadi pahlawan.

Pemikiran semacam ini terus mengakar, dan sepertinya membentuk diriku yang sekarang. Aku menjadi kurang memiliki kepedulian terhadap orang lain.

Ada satu adegan dalam Spiderman No Way Home, di mana Spiderman Tom menolak ajakan dua Spiderman pendahulunya untuk menyembuhkan musuh mereka. Tom bilang, “Itu bukan masalahku, aku tidak peduli lagi.”

Ya, itulah yang aku bisikkan pada diriku dewasa ini setiap melihat adanya masalah di sekitarku. Itu bukan masalahku, aku tidak peduli.

Bahkan pada satu titik tertentu, kadang aku berpikir untuk menjadi versi penjahat saja untuk memperbaiki keadaan nasibku. Mungkin jual narkoba, haha. Atau agak abu-abu sedikit seperti copy-paste dan menjual karya orang lain, atau jual kripto-NFT. Apalagi beberapa tahun belakang, konsep villain sebagai pahlawan kan juga nge-trend, seperti film Joker.

Tidak bohong, pikiranku sempat terpengaruh ke arah sana, sekalian nyemplung jadi penjahat. Namun bersyukur, aku masih punya kewarasan untuk menahan diri. Tapi entahlah, siapa bisa menjamin kesabaranku bakal bertahan.

Nostalgia, bertemu kembali dengan diri masa lalu

Yah, karena semua perjalanan pengalaman pribadi itulah, aku jadi merasa sangat tersentuh dengan film Spiderman No Way Home ini. Rasanya seperti diingatkan kembali pada sosok diri ini di masa lalu.

Pertemuan Spiderman Tom dengan dua Spiderman pendahulunya, ini seperti aku bertemu lagi dengan impianku di masa lalu. Seperti disadarkan lagi bahwa saat kecil dahulu aku ingin jadi orang yang mendahulukan menolong orang lain meski kerja serabutan dan tinggal di rumah kontrakan, seperti Spiderman Tobby. Seperti disadarkan bahwa remaja dahulu aku harus terus menjalani kehidupan pahlawan meski ditinggal kekasih, seperti Spiderman Andrew.

Film Spiderman No Way Home ini adalah simbol pengingat, bagi seseorang yang sedang kehilangan jati diri, untuk kembali menemukannya, dengan cara berbicara kembali dengan versi diri dari masa lalu.

It’s a great movie

Yak, itulah review-ku untuk film Spiderman No Way Home ini. Alur ceritanya begitu menyentuh emosionalku. Oh tentu saja kita belum bicara soal aksi laganya, teori multiverse-nya, hadirnya kembali villain Spiderman sebelumnya, salah satunya ada karakter villain favoritku, Doctor Octopus, yeah...

Bisa panjang tulisan ini kalau kita bicara semua yang keren dalam film ini. MCU Production memang tidak mengecewakan. Jadi, aku kira ini saja dulu tulisan kali ini. Sampai jumpa!

Komentar