Langsung ke konten utama

Company Stan dalam K-Pop

Kpop stan adalah sebangsa manusia yang tidak logis. Cara berpikir mereka aneh. Bagaimana bisa mereka begitu emosional mendukung mati-matian idola mereka? Sampai beli album ratusan ribu, streaming siang malam, buat apa coba?

Tapi tahukah kalian apa yang lebih aneh daripada Kpop stan? Company stan.

Aku gak ngerti cara pikirnya company stan

Serius. Sudah hampir setahun aku perang argumen lawan mereka, dan mencoba memahami jalan piikiran dan perasaannya.

Kalau ada fans belain mati-matian artis favorit dia, mungkin aku bisa cukup paham kenapa dia begitu. Bisa jadi si fans merasa artisnya telah memberikan hiburan, motivasi, atau bahkan sampai memiliki kesamaan nilai-nilai ideologi.

Tapi ini tuh bukan artis, tapi perusahaan. Tahu kan, perushaan itu realitas apa?

Perusahaan itu organisasi, struktur, bukan manusia. Okey, ada manusia di dalamnya, menjalankan perusahaan tersebut. Tapi tetap, bekerjanya itu mengikuti sistem struktur tertentu, yang di mana struktur itu tidak bekerja selayaknya manusia.

Perusahaan tidak berpikir seperti manusia. Perusahaan tidak merasa seperti manusia. Bagaimana bisa ada orang terikat secara emosional dengan perusahaan dan belain mati-matian? It doesn’t make any sense.

Awal mula aku ketemu jenis manusia company stan

Semua ini bermula dari dibubarkannya Kpop grup favoritku, Gfriend. Saat itu fans begitu kaget, koq bisa tiba-tiba grup ini bubar begitu saja tanpa alasan yang masuk akal.

Fans coba menganalisis berbagai kemungkinan alasannya. Maka mengerucutlah kesimpulan bahwa kemungkinannya Gfriend ini sebenarnya tidak ingin bubar, tapi mereka “dipaksa” bubar oleh company mereka, yaitu Source Music dan HYBE.

Fans Gfriend coba mengungkap gagasan itu ke media sosial. Aku pribadi merasa gagasan tersebut cukup dapat dukungan. Atau kalaupun ada yang skeptis, seenggaknya gak sampai mengundang war antar fans. Karena aku pikir, emang ada ya fans berpihak ke company?

Tapi ternyata, muncul banyak akun melawan gagasannya fans Gfriend. Bukan cuma skeptis mempertanyakan bukti argumentasi, tapi terang-terangan memaki fans Gfriend, dan secara emosional membela company yang kita lawan?

WHAT?

Aku pribadi memang gak begitu paham betul dunia Kpop. Tapi sepengetahuanku, kayaknya gak pernah ada deh dalam sejarah perKpop-an ada fans berpihak pada company idol mereka.

Contoh saja, Blackpink. Fansnya mati-matian bela Blackpink. Tapi mereka gak bela company-nya, malah justru skeptik. Kalau company mereka bikin kesalahan, tentu saja fans ikut hujat, atau minimal gak membela. Karena yang didukung fans itu idolnya, bukan company. Kita terikat secara emosional dengan sesama manusia, bukan struktural perusahaan.

Makanya ini agak aneh, koq bisa ada fans ngebela company. Inilah pertama kali aku bertemu jenis ini. Kita menyebutnya fans seperti ini sebagai COMPANY STAN.

Argumentasi company stan

Tapi bukan berarti company stan ini goblok banget tanpa argumen. Ada beberapa argumen mereka yang beralasan. Namun demikian, semua argumen company stan ini sudah dipatahkan sama fans Gfriend. Berikut gagasan mereka, yang intinya adalah membuktikan company gak bersalah atas bubarnya Gfriend.

Pertama, HYBE adalah parent company

Menurut Company stan, HYBE adalah parent company. Yang berarti, dia adalah perusahaan besar, yang menaungi perusahaan yang lebih kecil di bawahnya. Karena merupakan parent company, maka HYBE tidak berususan langsung dengan kegiatan manajerial artis yang dinaungi company yang di bawahnya. Dalam hal Gfriend, yang mengurusi mereka adalah Source Music, bukan HYBE secara langsung. Oleh demikian, HYBE tidak bertanggung jawab atas bubarnya Gfriend.

Pendapat company stan di atas ada benarnya. HYBE memang tidak mengurusi langsung kegiatan manajerial Source Music. Namun demikian, HYBE memegang 80% saham mereka, yang berarti, tiap kebijakan penting Source Music, HYBE harusnya ikut campur. Sedangkan bubar atau tidak bubarnya artis yang dinaungi, merupakan kebijakan yang penting bagi perusahaan.

Kalau kebijakan atau keputusannya hanya berupa tanggal manggung, outfit apa yang dapakai, ya mungkin HYBE gak ikut campur. Karena itu adalah kegiatan harian, yang tidak menuntut pemegang saham untuk turun tangan. Tapi kalau mengenai pembubaran artis, bukankah itu berpengaruh ke saham?

Ya, HYBE pasti ada campur tangan di sana.

Lagipula, ada beberapa bukti bahwa HYBE punya pengaruh langsung pada beberapa kebijakan Source Music. Misal, dilarangnya Gfriend manggung pada stasiun TV tertentu, itu disebabkan oleh HYBE yang punya konflik dengan TV tersebut. Isu mengenai Weverse app, yang seharusnya itu milik HYBE, kenapa koq Source Music yang dijadikan tameng tanggung jawab.

Kedua, kontrak Gfriend memang sudah habis

Company stan menganggap bahwa kontrak Gfriend dengan company-nya memang sudah berakhir pada Mei tersebut. Sama seperti kebanyakan artis lain yang grupnya bubar atau berhenti dari company, ya itu karena memang masa kontrak habis saja, tidak ada yang perlu dipersalahkan.

Anggapan ini jelas keliru. Kontrak artis biasanya berjangka waktu 7 tahun, dan dimulai pada tanggal mereka debut. Adapaun debut Gfriend awal seharusnya pada bulan November 2014, tapi karena sebab suatu hal, jadi ditunda ke Januari 2015.

Oleh demikian, gak logis jika Gfriend selesai kontrak Mei 2021. Karena Mei tersebut bukanlah 7 tahun semenjak debut, baik jika dihitung dari November 2014 maupun Januari 2015. Aneh.

Ini pasti bukan karena kontrak habis. Namun sepertinya kontraknya memang sengaja diberhentikan.

Ketiga, member Gfriend sendiri yang pingin bubar, bukan dipaksa company

Untuk menghindari menyalahkan company, maka si company stan bikin narasi bahwa member Gfriend sendirilah yang memang menghendaki dibubarkan. Buktinya, setelah bubar, para member Gfriend berkarir di jalur yang berbeda. Ada yang aktris, solois, trio. Intinya, kalau mereka masih pingin lanjut sebagai grup, kenapa karirnya pisah?!

Oke, menurutku ini adalah pendapat yang paling susah aku counter. Karena faktanya memang member Gfriend sekarang menempuh karir yang berbeda-beda. Tapi bukan berarti gak ada counter argumen.

Kita fans Gfriend tetap yakin bahwa sebenarnya mereka masih mau barengan sebagai satu grup. Berdasarkan apa? Pernyataan mereka sebelum-sebelumnya, yang selalu bilang pingin jadi grup yang long last. Terus pasca bubar mereka juga masih sering ketemuan. Bahkan saat menghadiri nikahan mantan stafnya, mereka berenam nyanyi bareng dan memperkenalkan diri sebagai Gfriend.

Cuma memang kita tidak pernah mendapatkan penyataan langsung dari member pasca bubar, bahwa mereka masih pingin barengan. Sejauh ini hanya kelihatan dari perilaku-perilaku saja.

Nah, baru-baru ini, kita mendapatkan konfirmasi yang jelas, bahwa mereka masih pingin barengan. Hal ini bisa dilihat pada tulisanku yang membahas tentang Gfriend Speak Up. Intinya, mereka sekarang memang fokus pada karir individu masing-masing. Namun bukan berarti mereka tidak mau bersatu kembali. Jelas ini sangat menyangkal tuduhan company stan di atas.

Keempat, Gfriend sudah tidak menghasilkan uang

Aku tidak pernah menemui argumen ini sebelum-sebelumnya. Sepertinya argumen ini baru muncul ketika mereka menemukan bahwa ketiga argumen sebelumnya itu tidak benar.

Maka dipakailah argumen ini untuk membenarkan tindakan company membubarkan Gfriend. Bahwasannya Gfriend tidak menghasilkan keuntungan. Sehingga wajar, sebagai perusahaan bisnis, mereka “memecat” pegawai yang tidak menghasilkan keuntungan.

Aku pikir ini adalah argumen paling logis yang dimiliki oleh company stan. Karena memang secara fakta, penghasilan Gfriend tidak begitu besar dibandingkan dengan grup lain pada label company yang sama

(Tapi perlu dicatat, perbandingan yang dimaksud ini adalah dengan grup lain pada label yang sama. Bukan berarti Gfriend tidak menghasilkan keuntungan. Kita punya data untuk itu, bahwa penjualan album, konser, merchandise-nya Gfriend selalu habis terjual.)

Aku akui aku tidak punya counter argumen untuk ini. Namun, dari sini akhirnya aku paham bagaimana cara pikir company stan. Mengapa mereka masih saja membenarkan tindakan company ini. Kenapa mereka menganggap company tidak bersalah.

Company stan kapitalis

Bagi company stan, perusahaan haruslah menghasilkan uang. Artis adalah pegawai perusahaan. Jika seorang artis sudah tidak lagi menghasilkan cukup keuntungan bagi perusahaan, maka tidak salah jika perusahaan tersebut memcat pegawainya.

Menurutku, ini adalah pemahaman kapitalis. Dan di sinilah titik utama perbedaanku dengan mereka. Bagiku, HYBE memang perusahaan, dan harus mencari untung. Namun, mereka bukan perusahaan umum, namun bergerak di bidang musik. Dan pegawai yang dimaksud tersebut adalah artis, seniman. Harusnya, selain memikirkan untung-rugi, perusahaan ini juga harus mempertimbangkan etis perasaan artisnya.

Layakkah artis yang membesarkan nama perusahaan, terus dibuang begitu saja? Trademark nama Gfriend diakui oleh perusahaan, sehingga para member Gfriend tidak bisa mendapat untung dari hasil karya mereka?

Secara sudut pandang bisnis, tindakan HYBE ini memang logis, mencari untung. Tapi secara etis, aku rasa ini tidak manusiawi.

Ya, inilah pemahaman para company stan. Mereka tahu tindakan perusahaan tersebut tidak etis, namun tetap saja mereka mendukungnya atas dasar untung rugi bisnis. Jelas ini adalah pemikiran para kaum kapitalis.

Oleh karenanya, sikapku terhadap company stan kini bertambah. Dari yang sebelumnya tidak suka karena bisa jadi mereka kurang pengetahuan tentang Gfriend, menjadi benci karena mereka sudah tahu bahwa company tersebut sangat kapitalis, namun mereka tetap mendukungnya. I hate capitalism.

Komentar