Langsung ke konten utama

I hate Crypto and NFT

Aku benci kripto, NFT, atau apapun fungsi dan bentuk turunan mereka. Entah dianggap sebagai teknologi, mata uang, investasi, atau seni, bagiku kripto dan NFT tidak fungsinya dan hanya scam belaka.

Ini adalah tulisan blog yang cukup panjang. Karena aku pingin mengeluarkan semua argumentasiku secara gamblang tanpa terpotong.

Awalnya aku kira masalah kripto dan NFT ini adalah masalah yang jauh dariku. Jadi tidak perlulah aku tuliskan pendapatku, cukup kasih aja link penjelasan oleh orang lain sebagai counter-argument pemuja kripto.

Namun semakin kesini makin banyak aku temui teman-teman yang mendukung kripto, bahkan teman dekatku sendiri. Jadi perlu kiranya aku tuliskan pendapatku ini. Bukan untuk berusaha mengubah pandangan mereka. Tidak, aku hargai perbedaan pendapat. Namun hanya untuk menegaskan posisiku terhadap hal ini. Bahwa aku benci kripto NFT, dan aku punya argumennya.

Okey, argumenku di sini tidak akan banyak bicara dampak yang ditimbulkan kripto NFT, namun aku lebih menyerang langsung hakikat realitas kripto dan NFT itu sendiri, dalam hal ini sebagai mata uang, teknologi, media seni, dan investasi.

Kripto sebagai mata uang

Ini adalah fungsi paling utama kalau kita melihat latar belakang diciptakannya konsep kripto ini. Para pendukung kripto berpikir bahwa jika kripto dijadikan mata uang, maka itu akan lebih stabil, lebih aman, bisa berlaku di negara manapun.

Pemahaman mereka ini dilatarbelakangi oleh krisis ekonomi yang terjadi sekitar tahun 2008, di mana dollar Amerika jatuh, maka ekonomi pun ikut collapse. Si pencetus kripto berpikir bahwa sebab krisis tersebut adalah karena mata uang yang dikendalikan oleh negara. Jika negara jatuh, maka mata uangmya juga, ekonomi pun ikut terganggu.

Maka muncullah suatu gagasan tentang mata uang desentralisasi, di mana tidak ada bank, tidak ada middleman, uang dikendalikan oleh setiap orang yang memegangnya. Setiap orang adalah bank.

Diciptakannyalah kripto. Suatu kelangkaan baru dalam bentuk digital, diharapkan untuk jadi mata uang baru dengan konsep desentralisasi itu. Diharapkan nilainya lebih stabil, karena tidak ada campur tangan bank sentral. Diharapkan lebih aman, karena tidak hacker yang bisa meretas teknologi blockchain itu.

Aku tidak sepakat, atau bahkan menghindari kripto dijadikan mata uang karena KRIPTO TIDAK PUNYA VALUE yang ditawarkan selayaknya mata uang. Lihat, apa coba yang ditawarkan?

Kelangkaan? Betul, dia langka. Tapi buat apa kelangkaan kalau tidak ada gunanya. Apa fungsinya kode digital yang keren itu? Apa bisa dimakan? Apa gunanya dalam hidupmu?

Mungkin pendukung kripto akan menyamakan fungsi kelakaannya seperti emas, yang demikian emas bisa jadi mata uang pada masa lalu, dan jadi underlying pada masa sekarang.

Dengar, kelangkaan emas berbeda dengan kelangkaan kripto. Bedanya? Emas punya value, dia ada fungsi, ada kegunaan dalam hidup. Tau nggak, pada masanya dulu emas dijadikan bahan campuran untuk membuat logam lebih kuat. Sedangkan logam kala itu sangat vital untuk bertahan hidup.

Belum lagi kita bicara emas sebagai media seni, simbol status sosial, atau bahkan ada koneksi spiritual pada objek tersebut. Emas dijadikan hiasan istana, menjadi bahan persembahan interaksi antar kelompok masyarakat.

Kripto? Apa fungsinya? Perhiasan? Kodenya buat senjata siber? Jadi perhiasan? Apakah kalian membayangkan memberi persembahan pernikahan menggunakan seperangkat kode kripto?

Tidak. Kripto memang langka, tapi kelangkaannya itu tidak ada perlunya.

Ini sama seperti aku ketika waktu kecil dahulu, aku menemukan satu pecahan batu di pinggir jalan. Bentuknya keren, mirip mobil dalam kartun Mahha Go. Tentu batu seperti sangat unik, dan langka. Namun apakah sama dengan itu bernilai tinggi?

Tidak, itu adalah kelangkaan yang tidak perlu.

Kripto dan NFT sebagai teknologi

Berdasarkan realitasnya, sudah jelas kripto dan NFT ini bisa kita golongkan sebagai realitas teknologi. Namun, bicara tentang teknologi, tidak bisa lepas dari bicara apa fungsi teknologi tersebut. Tak peduli sekeren apapun teknologi tersebut, kalau tak ada gunanya ya tidak layak teknologi itu dipertahankan, apalagi dijual mahal.

Misal bayangkan aku menciptakan teknologi jam dinding yang jarumnya bergerak berlawanan, terus pada jam tertentu bisa menghasilkan warna dan memutar lagu tertentu. Keren bukan?! Tapi buat apa? It’s not that worth.

Begitupun dengan kripto dan NFT ini. Keren? Iya keren. Mereka bisa menciptakan kode matematik yang unik, tidak bisa diduplikasi, tidak bisa di-hack, selamanya tersimpan di dunia digital. Tapi buat apa?

Buat menyimpan data digital selamanya? Katanya sih begitu fungsinya NFT. Tapi apa yang sebenarnya disimpan, itu adalah hanyalah tautan. Dia tidak menyimpan si data itu sendiri. Karena blockchain terlalu kecil kapasitasnya untuk menyimpan meski hanya sebatas foto yang kalian ambil dengan kamera ponsel.

File foto-foto NFT itu disimpan di tempat lain, entahlah mungkin Google Drive, bukan pada blockchain itu sendiri.

Jadi kripto, NFT, dengan blockchain sebagai teknologinya, hanyalah teknologi untuk menyimpan history atau riwayat transaksi/berpindahnya file data. Dan teknologi seperti bukanlah temuan baru. Activity Log ini merupakan teknologi basic umum dimiliki oleh setiap aplikasi.

Bukan berarti aku menolak sepenuhnya teknologi seperti ini. Tidak. Justu ini berguna pada hal tertentu. Misal untuk merekam riwayat aktifitas activity log suatu aplikasi tadi. Atau dalam skala besar, digunakan untuk merekam data kependudukan digital seperti yang dilakukan oleh negara Estonia.

Namun itulah fungsinya. Yang demikian ini, apakah worth dijualbelikan dan dihargai sampai ratusan dollar? Tidak. Makanya aku benci ketika para pendukung kripto mendewakan seakan blockchain mereka adalah teknologi yang masa depan yang luar biasa berharga. Tidak, itu terlalu overrated.

Sekedar info juga, negara Estonia itu tidak benar-benar menerapkan blockchain-nya si kripto. Karena negara tersebut sudah menerapkan teknologi itu bahkan sebelum kripto dicetuskan. Lagipula, ideologi para pendukung kripto adalah asas desentralisasi, maka seharusnya mereka menolak jika blockchain itu diatur dan dikuasai negara.

NFT sebagai media yang mendukung seniman

Mungkin topik ini adalah yang paling dekat bersinggungan denganku. Karena aku sendiri mencari penghasilan dari dunia seni.

Pada tahun-tahun sebelumnya, ketika kripto masih dianggap sebagai mata uang atau teknologi, aku tidak tertarik. Namun setahun belakangan ini, kripto menyinggung dunia seni, memunculkan teknologi turunan yang mereka sebut sebagai NFT (Non Fungible Token).

Awal kemunculannya begitu fenomenal, di mana satu gambar digital, gambar monyet dalam format digital, bisa dihargai puluhan juta rupiah. Tentu saja ini sangat menggoda bagi kita para seniman digital.

Para pengusung kripto berkoar-koar bahwa ini adalah terobosan baru. NFT akan sangat membantu para seniman, atau kreator. Karya mereka akan lebih bisa dihargai lebih dari sebelum NFT ini ada.

Namun setelah aku lihat-lihat, yang terjadi malah sebaliknya. NFT malah membunuh dunia seni. Atau setidaknya, berpotensi membunuhnya. Why?

Awalnya kubayangkan yang dimaksud dengan “mendukung” seniman adalah mereka mampu memberikan exposure lebih bagi para seniman untuk memperkenalkan karyanya. Entahlah, mungkin dengan blockchain mereka bisa membuat algoritma yang memberikan benefit yang equal bagi seniman kecil seperti aku.

Karena masalah utama para seniman kenapa mereka tak bisa hidup adalah kurangnya exposure. Kita merasa terpinggirkan dari setiap marketplace, seperti Fiverr, Shutterstock, dan semacamnya. Selalu kalah dengan mereka yang akunnya sudah besar. Seberapa baguspun karya kita, kalau kalah exposure, maka tetap saja kita mati.

Oleh karenanya, jika ada teknologi yang bisa membuat exposure karya kita equal, maka ini akan sangat membantu. Aku kira NFT akan menjawabnya.

Nyatanya, tetap saja. Justru lebih parah. Karena tidak ada standar jelas karya seperti apa yang laku di marketplace NFT. Semua karyanya jelek, membosankan, tidak ada jiwanya. Lihat saja, gambar-gambar monyet, yang variannya cuma gonta-ganti baju dan kosmetik. Ini yang disebut seni?

Nilai seni karya NFT gak jelas

Mungkin para pendukung NFT akan berargumen “semua karya ada nilai seninya bergantung siapa yang memiliki nilai itu.” Ya, betul. Tapi garis bawahi itu, bergantung pada SIAPA yang menilainya. Dan “siapa”-nya NFT ini adalah orang-orang tak jelas yang membosankan, gak punya jiwa, gak peduli dengan seni.

Orang berjiwa mana yang menghargai monyet gonta-ganti baju dengan harga puluhan juta rupiah? Hah?

Kalau kamu mau menganalogikan NFT dengan lukisan monalisa, Da Vinci, Michael Angelo, atau lukisan abstrak yang fenomenal itu, yang harganya melangit, padahal cuma gambar doang. Okey, aku bilang padamu, NFT tidak analog dengan semua karya tadi.

Karya-karya tadi punya nilai historis. Ada nilai rasa. Setiap orang yang membelinya, mendapatkan benefit emosional atau bahkan spiritual ketika memilikinya. Bagi orang awam seperti kita mugnkin itu cuma gambar, tapi bagi orang yang ada keterikatan historis, karya-karya tadi sangat berarti.

Bayangkanlah kalian seorang muslim, pasti akan sangat emosional jika kalian dikasih manuskrip asli tulisan Zaid bin Haritsah yang menuliskan ayat Alquran untuk Nabi Muhammad. Ya, kita ada keterikatan emosional, karena kita dan manuskrip tersebut punya ikatan cerita.

Sekarang, monyet NFT, apa nilai historisnya? Adakah keterikatan emosional si pembelinya dengan si gambar monyet itu?

Aku beri tahu, keterikatannya adalah UANG. Tahu kenapa gambar monyet itu mahal, karena ada seorang berduit banyak yang membelinya. Dia menciptakan ilusi seakan gambar monyet itu seharga puluhan dollar. Sehingga menarik banyak orang lain untuk membelinya juga. Lalu ketika harga monyet itu naik pada puncaknya, si orang yang pertama tadi menjualnya sehingga dapat profit.

Jadi, seni-seni dalam NFT ini tidak lain hanyalah simbol scam, orang berduit untuk mendapatkan lebih banyak duit dengan trik ilusi hukum permintaan.

Marketplace-nya sama aja seperti lain, tidak ada kesempatan, malah buram

Mengenai exposure, oh sama saja, malah lebih buruk. Marketplace NFT ini sama saja dengan platform lain, penuh dengan kompetisi yang tidak memberikan ruang bagi pendatang baru. Bagi yang terlanjur terkenal tentu diuntungkan. Namun bagi yang baru datang, tidak ada kesempatan untuk tampil di atas panggung.

Malah lebih buruk. Masih mending marketplace konvensional seperti Fiverr, Devianrt. Mereka yang ada di papan atas penjualan masih kelihatan kualitas karyanya. Memang bagus mereka. Lha marketplace-nya NFT, isinya gambar-gambar membosankan. Hampir gak bisa ditebak, ini standar karya yang tergolong papan atas itu harus sekualitas apa.

Seperti penjelasan value seninya NFT di atas, tidak ada standar karya NFT dikatakan bagus, selain hanya permainan money speculation oleh pembeli-pembeli besar.

Menguangkan segalanya

Mungkin ini adalah yang paling aku benci dari konsep NFT yang diusung pendukung kripto. Mereka mengatakan bahwa cara kripto mendukung para kreator adalah dengan membayar setiap transaksi yang terjadi pada karya si kreator.

Taruhlah misal aku membuat satu 3D aset kursi sofa. Aku jual di marketplace NFT. Terus ada orang yang menggunakan 3d aset tersebut buat mendesain interior misal. Maka blockchain akan merekam riwayat transaksi tersebut, lalu membayar aku sekian dollar karena karyaku digunakan oleh orang lain.

Terus kata mereka juga ini gak terbatas pada karya gambar atau 3d asset digital saja, karena bisa menaruh apa saja ke blockchain, kita jadikan NFT, lalu dapat uang dari setiap transaksinya. “Apa saja” yang dimaksud ini juga termasuk akta tanah, akta kelahiran, medical record...

Bisa bayangkan, riwayat kesehatanmu jadi NFT? Hal yang seharusnya pribadi dijadikan aset untuk menghasilkan uang?

Ini bukan pendapatku. Aku menjumpai sendiri pada suatu postingan Facebook, seorang user memberi saran solusi pemecahan masalah BPJS yang banyak utang, adalah dengan memasukkan semua data pelanggannya sebagai NFT. Dengan demikian setiap transaksi data tersebut, si pihak BPJS dapat fee sekian dollar. Anjing ga tuh, hah?

Apakah ini cara mereka mendukung seni? Tidak, ini menghancurkannya. Mereka menganggap seni adalah tentang uang. Bagi mereka, jika kau punya karya seni, maka uangkan. Jika karya senimu tidak kamu uangkan (baca: NFT-kan), maka jangan marah jika ada orang lain yang meng-capture karyamu lalu mendaftarkannya ke blockchain, dan kamu tidak mendapatkan uangnya, melainkan orang tersebut. Inilah yang sekarang kerap jadi bahan kritikan pegiat seni terhadap pengusung kripto. Ada banyak pencurian karya.

Ini menjijikkan. Konsep blockchain dan NFT ini seakan hendak menguangkan segala hal. Mitip kapitalism umumnya. Oh, masih mending kapitalism secara umum, setidaknya mereka masih mengakui ada beberapa hal yang tidak bisa diuangkan, seperti data pribadi misal. NFT ini parah, ini kapitalis dalam bentuk sementah-mentahnya.

Dengar, jangan anggap aku tidak butuh uang. Tentu saja aku butuh, untuk membayar kebutuhan makan, pakaian, dan tempat tinggalku. Tapi harus aku menguangkan segala hal, sampai harus mencuri karya, sampai harus menjual data pribadi. Tidak!

Ada banyak hal dalam hidup ini yang kamu tidak harus menguangkannya. Kebahagiaan. Relationship. Hobi. Aku ingin melakukan itu semua dengan bebas tanpa terbebani apakah hal tersebut bisa jadi uang atau tidak. I hate capitalism.

Krito dan NFT sebagai investasi atau trading

Sampai di sini kalian pasti sudah paham bagaimana mental picture-ku soal kripto. Ya, realitas tersebut tidak lain adalah soal uang, uang, dan uang. Mereka bukan teknologi yang diciptakan untuk memecahkan masalah aktual. Mereka tidak benar-benar mengerti tentang dunia seni. Mereka cuma peduli soal uang. Bahwa ketika mereka membeli suatu produk kripto, mereka berharap mendapatkan keuntungan setelahnya.

Ya, bagi para pengusungnya, kripto adalah investasi. Sama seperti jual beli saham. Orang-orang membeli suatu produk kripto saat harganya rendah, berharap harganya naik di masa depan, lalu dapat keuntungan lebih besar dari harga beli.

Inilah yang jadi sebab kenapa teman-temanku sendiri, yang aku kira punya pemahaman sama sepertiku, ternyata ikut mendukung gagasan kripto. Mereka meyakini kripto adalah produk investasi, yang bisa memberikan keuntungan.

Namun demikian, bahkan jika dianggap sebagai investasi sekalipun, kripto bukanlah investasi yang sehat. Kripto gak punya value produk yang jelas. Mereka bilang itu seperti bermain saham. Bagiku, itu berbeda. Masih lebih baik saham, mereka ada perusahaannya, ada produksi rielnya.

Misal saham Google, mereka ada produksi tertentu, dalam hal ini jasa search engine dan turunannya. Atau saham usaha kecil menengah, outlet bakso misalkan. Itu ada produksinya, produknya riel, ada manfaat bagi masyarakat. Saat aku jual beli saham mereka, maka secara tidak langsung aku juga berkontribuasi menggeliatkan produksi riel masyarakat.

Sekarang aku tanya, apa produknya kripto sehingga aku harus investasi ke “saham” mereka? Hah?

Kalau kalian pernah menemui iklan kripto, mereka menjanjikan projek tertentu. Misal, projek bikin game, animasi, komik, atau bahkan platform judi. Yang katanya, projek tersebut bakal profit, sehingga yang memiliki koin kriptonya, bakal memiliki nilai yang tinggi.

Sekarang aku tanya, mana dari projek-projek itu yang terealisasi?

Yang ada hanyalah hype doang. Seakan-akan memiliki projek besar. Namun sejatinya itu janji belaka. Value-nya tinggi disebabkan oleh hype, bukan karena memang memiliki produk.

Sehingga bagiku, kripto ini bukanlah investasi, malah lebih mirip judi, atau bahkan scam (penipuan). Sama seperti MLM.

Penutup

Sebenarnya ada argumen lain untuk melawan kripto, seperti dampak ke iklim dan lingkungan, dampak ke etos kerja masyarakat yang jadinya lebih suka trading dan malas berbisnis riel, dampak ke pencurian karya seni, dan sebagainya. Namun akan sangat panjang tulisan ini kalau aku memasukkan itung-itungan dampak juga dalam pembahasan ini.

Di sini aku bahas langsung ke aspek hakikatnya atau sistem di dalam Kripto dan NFT sendiri. Dengan demikian, jika secara sistem dirinya saja sudah bermasalah, maka dampak apapun yang ditimbulkan juga bakal kurang bisa dipertanggungjawabkan.

Kalau kalian butuh argumen lebih komperehensif disertai bukti kongkrit, kalian bisa nonton video di bawah ini. Durasinya panjang, namun cukup layak untuk memahami seluk beluk kripto NFT. Kebanyakan argumenku juga berdasarkan video tersebut.



Komentar