Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari 2021

Media Sosial Makin Bergeser Menjadi Media Publik

Sepertinya semakin kesini, media sosial semakin kehilangan fungsinya untuk berinteraksi dengan teman atau orang terdekat. Entahlah kalian merasakannya atau tidak, atau mungkin aku saja yang kehilangan fungsi tersebut?! Jadi, kemarin-kemarin aku lihat aktifitas media sosialku. Dan baru aku sadar, bahwa aku jarang sekali membuka fitur Direct M essage . Interaksiku paling banyak ada di fitur beranda, dan komen postingan. Itupun bukan postingan teman sendiri, tapi page/channel orang lain. Padahal kalau mengingat awal kali media sosial dibuat (misal, Facebook oleh Mark), itu kan ditujukan agar antar teman bisa saling berinteraksi dan berkirim pesan. Mereka bisa berbagi foto, kegiatan, dan komentar satu sama lain. Namun sekarang fungsi itu agak kurang terasa lagi. Facebook, Instagram, Twitter Kalau dipikir-pikir, sebenarnya ini bukan hal yang baru, ya?! Ini pertama kali terjadi pada aplikasi Facebook, ya sekitar masa-masa awal kuliah dulu. Pada masa itu mulai terasa bosan menggunakan aplikas

Apakah Diri Ini Ditakdirkan Hidup Susah?

Mungkinkah sebagian dari kita memang ditakdirkan hidup susah? Pertanyaan ini sering terbersit dalam pikiranku kala melihat keadaan hidup, bagi diri sendiri maupun orang di sekitarku. Kebanyakan warga di desaku berprofesi sebagai petani. Aku bisa katakan kalau mereka termasuk pekerja keras. Atau paling tidak, mereka bukanlah pemalas yang tak mau bekerja. Namun entah kenapa hidup mereka dari dahulu sampai sekarang ya gitu-gitu aja, tetap berada di bawah garis kemakmuran. Hidupku sendiri juga begitu. Aku memang bukan seseorang yang nomer satu dalam hal bekerja keras. Namun aku juga tidak pernah diam dalam berusaha. Meskipun jarang dilihat, aku selalu mengusahakan sesuatu untuk mengubah nasib. Namun hasilnya ya begini saja. Sebaliknya, ada orang-orang yang usahanya sedikit saja, namun hidupnya bisa enak. Atau malah ada yang hanya diam saja, tapi dapat warisan harta melimpah. Berdasarkan realitas tersebut, akhirnya aku mempertanyakan, apakah benar nasib hidup kita bergantung pada seberapa b

Tempat Penyimpanan Kenangan

Memiliki kenangan adalah salah satu anugerah terbesar yang diberikan oleh Yang Maha Kuasa. Dengan kenangan, seseorang bisa mengambil pelajaran dari pengalamannya. Selain itu si kenangan, baik yang menyenangkan atau menyedihkan, bisa menstimulasi perasaan aneh namun menghangatkan, yaitu perasaan nostalgia. Setiap hari setidaknya sekali, aku selalu menyempatkan untuk mengenang masa lalu. Bukannya aku tidak bisa move on atau semacamnya. Hanya saja mengenang masa lalu bisa menjadi metode healing bagiku. Ini seperti menonton film, namun kisahnya adalah dinamik a hidupmu sendiri. Oleh karena manfaatnya untuk healing dan mengambil hikmah pelajaran, aku sering menyarankan teman-teman untuk mengenang kembali masa lalunya sehabis mereka curhat dan bersedih. Namun demikian, tidak semua orang ternyata bisa dengan mudah mengakses ingatan mereka. Apalagi saat mereka sedang kalut dalam kesedihan, rasanya sulit untuk menstimulasi kenangan. Dalam hal terjadi demikian, aku menyarankan teman-tema

Pernikahan Keluarga Matre

Cerita menarik dari orang tua siang ini. Katanya ada tetangga yang anak perempuannya dibatalkan pernikahannya, padahal sudah lamaran. Alasannya karena anak perempuannya tidak jadi mau sama si calon lakinya. Si calon lelaki ini tidak ada masalah apa-apa. Dia tidak selingkuh, tidak kriminal, atau semacamnya yang bisa dianggap layak untuk batal pernikahan. Yang jadi sebab hanyalah karena si perempuan bertemu dengan laki-laki lain. Katanya, si perempuan ini pernah terjatuh saat berkendara jalan. Dia ditolong oleh seorang laki-laki. Jatuh hatilah dia padanya. Namun bagaimana bisa hanya karena kejadian itu saja bisa membuat si perempuan sampai berani membatalkan lamaran? Well , katanya si laki-laki penolong ini bekerja di pabrik Maspion. Untuk kalian yang tidak tahu, di masyarakat sini ada pemahaman bahwa kalau bekerja di pabrik Maspion itu gajinya besar dan hidupnya terjamin. Entah benar atau tidak asumsi masyarakat itu. Hanya saja, memang jelas gaji lelaki Maspion tersebut lebih tinggi ket

Haruskah Hidup Selalu Mengejar Tujuan

Apakah kita harus memiliki tujuan besar dalam hidup ini? Apakah setiap detik hidup kita harus diarahkan padanya? Inilah pertanyaan-pertanyaan yang muncul pada benakku sehabis menonton film Soul. Dalam film itu ditunjukkan bahwa si tokoh utama berusaha keras untuk mengejar mimpi seumur hidupnya menjadi pianis jazz. Namun setelah mencapai mimpinya itu, kebahagiaannya tidak terasa seberapa. Dia malah menyadari bahwa pengejarannya terhadap mimpinya itu justru mengalihkan dia dari kebahagiaan hidup keseharian di sekitarnya seperti, menikmati langit, mengobrol dengan teman, menjalin hubungan. Film itu benar-benar membekas dalam benakku. Selain karena kehebatan Disney-Pixar dalam storytelling, juga karena pesan moral dalam film itu benar-benar bersentuhan dengan pengalaman pribadiku. Berikut aku mau ceritakan perenunganku akan hal ini. Hidup yang Tertarget Semasa SMA dan kuliah, aku memiliki pemahaman bahwa kita harus punya tujuan yang besar dalam hidup ini. Seluruh hidup kita, harus diarahka

Jangan Sampai Akun Media Sosial Terbengkalai

Ada berapa akun pribadi media sosial yang kalian punya? Apakah semuanya kalian gunakan secara rutin? Atau malah ada yang terbengkalai? Aku sendiri harus mengakui, ada banyak aplikasi media sosial yang pernah aku gunakan dengan akun pribadiku. Entahlah, mungkin lebih dari tujuh. Tak heran, mulai jaman aku masih SMP sampai sekarang, terus bermunculan aplikasi-aplikasi media sosial. Aku pribadi tidak begitu tertarik mengikuti tren. Namun teman-temanku banyak yang menggunakan, dan mereka pada update kabar di aplikasi itu. Jadi mau tak mau, aku harus ikut menggunakannya demi masih bisa menyambung silaturahmi dengan teman-teman. Namun demikian, banyaknya aplikasi tentu saja tidak bisa kita gunakan setiap hari. Beberapa di antaranya akan jadi terbengkalai, atau kita jadi lupa password akun kita. Di sini aku mau menyampaikan alasan untuk cek secara berkala akun media sosial, jangan sampai terbengkalai. Peretas Bisa Menyerang Aku pikir kita semua sepakat kalau peretas bisa masuk dan mengambil a

Mimpi, Orang Mati, dan Warisan

Bagi warga di sekitar tempat tinggalku, pandemi ini membawa dua macam bencana, yaitu kemiskinan dan kematian. Kebijakan PPKM yang banyak membatasi aktivitas pasar dan restoran, berdampak cukup besar bagi warga sini yang mata pencahariannya bertani sayuran. Selain itu, di tengah perekonomian yang terpuruk, banyak warga yang meninggal dunia. Bisa jadi mereka meninggal karena covid, bisa pula tidak. Entahlah, warga sini juga tidak pernah mau dibawa ke fasilitas kesehatan jika sakit. Alhasil, jarang diketahui sebab musabab meninggalnya. Barangkali, mereka meninggal bukan karena covid, namun karena kemiskinan yang menjerat. Sudah menjadi asumsi umum, orang yang tidak memiliki uang mudah terserang penyakit karena pikirannya yang terlalu stress. Adapun maraknya kemiskinan dan kematian warga ini, memunculkan fenomena baru yang cukup menarik. Belakangan ini, beberapa keluarga mengaku dihantui dalam mimpi oleh orang terdekatnya yang sudah meninggal. Semuanya sama, orang terdekatnya berpesan untu

Kenapa Tak Perlu Menjadi Orang Lain untuk Dicintai

Mencintai dan dicintai adalah kebutuhan dasar setiap manusia. Memang kita masih bisa hidup hanya dengan makan dan istirahat. Namun tanpa cinta, hidup terasa hampa. Seseorang bisa terganggu keseimbangan jiwanya jika dia tak memiliki cinta. Ada yang menjadi gila, ada pula yang bunuh diri karenanya. Mencintai dan dicintai adalah satu kesatuan kebutuhan. Mereka harus dipenuhi keduanya. Yang sering terjadi adalah, seseorang mencintai, namun tak balik dicintai. Ini yang disebut patah hati. Begitu menyakitkan rasanya. Seringkali perasaan tak dicintai itu berdampak buruk pada kepercayaan diri. Seseorang merasa dirinya tak layak untuk dicintai. Salah satu dampaknya, dia berusaha menjadi orang lain dan mengubur dirinya sendiri. Bentuk tindakannya misalnya, mencoba menjadi orang yang sok asyik, padahal dirinya secara dasar bukanlah orang seperti itu. Atau yang lebih ekstrim, berpura-pura punya mobil mewah padahal tidak. Semua itu dilakukan dengan harapan seseorang bisa mencintai “dirinya”. 4 Alas

Renungan Pinggir Sungai

Siang ini aku menghabiskan waktu siang berada di pinggiran sungai desa. Tak tahu mengapa aku berakhir di situ. Padahal awalnya hanya ingin berkeliling ria mengitari desa. Mungkin aliran sungai ini memiliki magnet tersendiri. Kawasan Sungai Dam Grogol Di desaku, sungai ini tidak memiliki nama. Atau mungkin hanya aku saja yang tak tahu namanya. Yang aku tahu, orang-orang desaku menyebut kawasan ini sebagai Dam Grogol, karena memang tempat ini dekat dengan pintu air (atau dam) yang mengatur laju aliran sungai ini. Menjadi perbatasan desa, kawasan ini sering dikunjungi atau sekedar dilewati orang. Dari tempatku duduk, bisa kulihat para penjual asongan sedang melayani pelanggannya. Ada anak-anak yang bermain dan mandi di sungai. Ada orang-orang yang menyalurkan hobi memancingnya. Ada pula orang sepertiku, yang hanya duduk tanpa tahu mengapa. Bisa dibilang sungai ini cukup besar. Aku tidak tidak tahu seberapa lebar ukurannya, atau seberapa kedalamannya. Tapi jika melihat sistem alur pintu a

Sungai dan Jalan

Kau tahu, hampir setiap sungai selalu memiliki jalanan di sepanjang jalurnya. Katanya, itu karena orang jaman dulu lebih mudah menyisiri sungai daripada menelusuri tengah hutan. Maka kelamaan jadilah daerah sisiran sungai itu jalan dan pemukiman. Itu juga yang sering dinasehatkan seorang kakek pada cucunya. Katanya, jika kau tersesat di suatu kota atau daerah lain, maka ikuti saja jalan sepanjang sungai. Pada ujungnya, kamu akan bertemu entah itu gunung atau laut. Dari situ kamu bisa menentukan ke arah mana kamu bisa pulang. Kalian tahulah seorang kakek, tak hidup di jaman GPS. Dan mungkin si kakek juga agak introvert (karena kalau tersesat, kenapa gak tanya orang aja?!) Tapi cukup menarik juga mendapati perubahan dunia ini. Dahulu, hidup serba sulit, teknologi seadanya, namun jalanan juga begitu sederhana. Melakukan perjalanan dari satu mukim ke mukim lain tidaklah menghabiskan banyak biaya. Paling hanya bekal, pakan binatang, dan waktu. Namun dunia sekarang, hidupnya begitu mudah sek

GFRIEND Yuju — Pencil Drawing

GFRIEND Yuju  

Suku Dayak — Pencil Drawing

Suku Dayak  

GFRIEND Umji — Pencil Drawing

GFRIEND Umji  

Tari Topeng Betawi — Pencil Drawing

Tari Topeng Betawi  

GFRIEND Eunha — Pencil Drawing

GFRIEND Eunha  

GFRIEND Yerin — Pencil Drawing

  GFRIEND Yerin

GFRIEND Umji — Pencil Drawing

GFRIEND Umji  

GFRIEND Eunha — Pencil Drawing

GFRIEND Eunha  

GFRIEND Sowon — Pencil Drawing

GFRIEND Sowon  

GFRIEND Yuju — Pencil Drawing

GFRIEND Yuju  

GFRIEND Yerin — Pencil Drawing

GFRIEND Yerin  

GFRIEND SinB — Pencil Drawing

GFRIEND SinB  

Leslie Burke - Gambar Sketsa

Leslie Burke dari film Bridge to Terabithia  

Belakang Pabrik Gula Tulangan

 

Tulangan, Pramoedya, dan Pendidikan Sejarah

 "Pabrik itu kini tak beroperasi. Memang tidaklah sepi. Namun sudah tak kita lihat lagi lori-lori. Dahulu suara sulingnya selalu terdengar di pagi hari. Pertanda bagi para buruhnya untuk berangkat kerja, dan anak-anaknya bersekolah. Sekarang bangunan itu hanya bisa bersaksi buta, pernah ada kehidupan di sana." Pabrik Gula Tulangan yang sudah tidak beroperasi. Akhir-akhir ini saya keranjingan membaca novel tetraloginya Pramoedya Ananta Toer. Belum khatam memang, masih baru baca bagian pertama yang judulnya "Bumi Manusia" dan sebagian dari novel kedua "Anak Semua Bangsa." Kalau ditanya apa menariknya, tentu saja banyak kemenarikan dari novel ini. Mulai dari penceritaan setting yang jelas menggambarkan situasi masyarakat era kolonial, sampai kesinambungan antar alurnya yang canggih. Graha Tulangan dibangun tepat di depan seberang jalan bangunan pabrik. Seingat saya, dahulu ini adalah rumah tua kompleks perumahan pabrik gula. Namun bagi saya pribadi, yang pali