Langsung ke konten utama

Tempat Penyimpanan Kenangan

Memiliki kenangan adalah salah satu anugerah terbesar yang diberikan oleh Yang Maha Kuasa. Dengan kenangan, seseorang bisa mengambil pelajaran dari pengalamannya. Selain itu si kenangan, baik yang menyenangkan atau menyedihkan, bisa menstimulasi perasaan aneh namun menghangatkan, yaitu perasaan nostalgia.

Setiap hari setidaknya sekali, aku selalu menyempatkan untuk mengenang masa lalu. Bukannya aku tidak bisa move on atau semacamnya. Hanya saja mengenang masa lalu bisa menjadi metode healing bagiku. Ini seperti menonton film, namun kisahnya adalah dinamika hidupmu sendiri.

Oleh karena manfaatnya untuk healing dan mengambil hikmah pelajaran, aku sering menyarankan teman-teman untuk mengenang kembali masa lalunya sehabis mereka curhat dan bersedih.

Namun demikian, tidak semua orang ternyata bisa dengan mudah mengakses ingatan mereka. Apalagi saat mereka sedang kalut dalam kesedihan, rasanya sulit untuk menstimulasi kenangan.

Dalam hal terjadi demikian, aku menyarankan teman-teman tersebut untuk mengakses beragam tempat penyimpanan kenangan sebagaimana berikut.

Catatan Diari

Mungkin ini adalah media paling klasik bagi seseorang untuk menyimpan kenangan. Saat menuliskan diari, seseorang menceritakan segala yang dipikirkan dan dirasakannya, tanpa ada filter. Karena diari bersifat pribadi, seseorang tidak khawatir untuk menuliskan apapun yang dialaminya.

Oleh karenanya, catatan diari bisa menjadi media yang tepat untuk mengakses kenangan kita di masa lalu. Karena catatan tersebut bisa menyimpan secara mentah apa-apa yang kita alami, tanpa ada yang ditutupi.

Aku pribadi kadang menggunakan catatan diari untuk mengakses kenanganku. Aku bilang “kadang” karena memang tidak semua fase hidupku tertuliskan di diari. Aku menulis diari hanya pada fase hidup tertentu saja, paling-paling cuma ketika masa SMP dan kuliah semester akhir. Selebihnya, jarang tertuliskan. Aku bukan tipikal orang yang rajin nulis diari.

Tapi memang aku akui, catatan diari itu media yang powerful untuk mengingatkan kita akan masa lalu. Ada beberapa kejadian detail yang sering kita lupa. Dengan catatan diari, kejadian detail itu bisa kita ingat kembali.

Media Sosial

Jaman sudah semakin canggih. Hadirnya media sosial membuat orang menjadi semakin aktif di dunia digital. Seseorang bisa memposting di media sosial setiap hari. Apa yang diposting ini bebas, termasuk apa yang dialaminya pada hari itu.

Bagi orang yang sering memposting kegiatan sehari-harinya di media sosial, maka dia bisa merasakan media sosial itu menjadi semacam diari digital untuknya. Dia bisa mengakses kenangan masa lalunya dengan melihat riwayat postingannya di media sosial.

Contoh paling nyata fungsi media sosial sebagai pengakses kenangan ini bisa dilihat pada fiturnya Facebook. Pada media sosial tersebut, secara berkala menghadirkan kenangan postingan kita di masa lalu pada tanggal yang sama dengan hari ini. Misalnya hari ini, aku diingatkan Facebook pada postinganku 3 tahun lalu tentang yang aku rasakan sehabis mendengarkan lagunya Cat Stevens yang judulnya “Father and Son”.

Aku pikir media sosial ini cukup efektif dalam menstimulasi kenangan kita. Apalagi terkadang kita tidak hanya memposting tulisan, tapi juga berupa audio visual. Sehingga kenangannya jadi sangat terasa.

Galeri Foto dan Video

Beberapa orang rajin untuk berfoto atau merekam video kegiatan mereka. Namun mereka tidak suka kehidupannya terekspos di media sosial. Jadilah hasil jepretan dan rekaman itu mengendap di galeri mereka, entah sudah tercetak maupun masih berupa digital. Sama seperti media sosial, galeri foto dan film ini juga efektif menstimulasi kenangan kita dengan gambar dan audionya.

Aku pribadi tidak begitu banyak memiliki simpanan foto atau video di galeriku. Maklum, aku tipikal orang yang lebih suka menikmati suasana tanpa ada beban untuk mengabadikan dengan jepretan.

Namun demikian, ada beberapa foto yang aku simpan, dan itu begitu kuat membuatku mengenang kembali masa itu. Jadi, setelah ini mungkin aku mau lebih rajin untuk jeprat-jepret. Sekedar kalian tahu, sekarang aku tertarik untuk punya hobi fotografi.

Benda-Benda Kenangan

Aku harus mengakui, tidak semua orang rajin mengabadikan kenangannya dalam diari, media sosial, atau sekedar foto-foto. Mungkin hanya orang dengan tipe kepribadian introvert aja yang seperti.

Beberapa orang memiliki karakter yang bergerak cepat. Mereka tidak begitu perhatian untuk mengabadikan kenangan atau semacamnya. Pokonya kerja, pikirnya.

Untuk orang-orang dengan karakter seperti ini, aku punya saran tersendiri, yaitu akses kenangan melalui benda-benda tertentu yang berhubungan dengan aktivitasnya. Contohlah seperti ID Card, nota catatan, bulpen bekas, sepeda bekas, atau mainan masa kecil.

Benda-benda itu mungkin tidak bisa dibaca seperti diari. Namun bagi seseorang yang pernah memiliki pengalaman tertentu dengannya, benda-benda tersebut bisa menstimulasi kenangannya kala itu.

Aku sendiri punya mainan yang aku simpan semenjak kelas 6 SD. Setiap kali aku melihat, meraba, atau memainkan mainan itu, aku jadi teringat dengan kenangan masa SD itu. Sama halnya dengan ID card yang aku kumpulkan selama sekolah. Bagi orang lain itu hanya ID card berisi nama dan kelas. Namun ID card itu bisa menstimulasi memoriku untuk mengenang masa lalu,

Kesimpulan

Mengenang pengalaman masa lalu bisa menjadi metode healing tersendiri. Untuk menstimulasi kenangan, kita bisa mengakses tempat-tempat penyimpanan kenangan. Adapun tempat-tempat itu adalah catatan diari, media sosial, galeri foto dan video, serta benda-benda kenangan.

Setiap orang punya metodenya sendiri dalam menyimpan dan mengakses kenangannya. Aku pribadi banyak menggunakan catatan diari dan benda-benda kenangan. Bagaimana dengan kalian? Kalian bisa menceritakan metode kalian dalam mengakses kenangan masa lalu.

Komentar