Mungkinkah sebagian dari kita memang ditakdirkan hidup susah? Pertanyaan ini sering terbersit dalam pikiranku kala melihat keadaan hidup, bagi diri sendiri maupun orang di sekitarku.
Kebanyakan warga di desaku berprofesi sebagai petani. Aku bisa katakan kalau mereka termasuk pekerja keras. Atau paling tidak, mereka bukanlah pemalas yang tak mau bekerja. Namun entah kenapa hidup mereka dari dahulu sampai sekarang ya gitu-gitu aja, tetap berada di bawah garis kemakmuran.
Hidupku sendiri juga begitu. Aku memang bukan seseorang yang nomer satu dalam hal bekerja keras. Namun aku juga tidak pernah diam dalam berusaha. Meskipun jarang dilihat, aku selalu mengusahakan sesuatu untuk mengubah nasib. Namun hasilnya ya begini saja.
Sebaliknya, ada orang-orang yang usahanya sedikit saja, namun hidupnya bisa enak. Atau malah ada yang hanya diam saja, tapi dapat warisan harta melimpah.
Berdasarkan realitas tersebut, akhirnya aku mempertanyakan, apakah benar nasib hidup kita bergantung pada seberapa besar usaha kita? Ataukah memang benar bahwa ada sebagian dari kita yang sudah ditakdirkan hidup susah, tanpa peduli seberapa keras perjuangannya?
Weton, Zodiak, Shio sudah menetapkan nasib kelahiran
Tahukah kalian, hampir di setiap belahan dunia ada sistem ramalan nasib hidup seseorang. Di jawa kita mengenal weton. Adapun di negara Asia Timur ada Shio. Sedangkan negara barat lebih mengenal zodiak.
Kalau kita amati, ramalan-ramalan tersebut selalu mengandung asumsi seakan manusia terlahir di dunia ini ditakdirkan hidup susah. Dalam ilmu weton misalnya, terdapat hitung-hitungan hari yang jika dijumlah hasilnya angka tertentu, maka orang tersebut hidupnya akan susah.
Berbeda lagi dengan shio, mereka hitungannya per tahun. Bahwasannya pada tahun tertentu, orang-orang dengan kelahiran shio tahun apa akan bernasib apa. Adapun zodiak, hitungannya per bulan. Seseorang dengan kelahiran bulan tertentu, akan mengalami nasib kurang baik pada bulan ini atau bulan depan misalnya.
Meskipun hitungannya berbeda-beda, namun semua ilmu ramalan itu sama, yaitu mereka semua mengasumsikan seseorang bisa ditakdirkan hidup susah. Ada seseorang yang hidup susah pada bulan tertentu, tahun tertentu, atau bahkan seumur hidupnya.
Dan metode ramalan itu tersebar di seluruh dunia. Setiap masyarakat memiliki budaya seperti itu. Dengan demikian, apakah benar memang ada orang-orang yang ditakdirkan hidup susah?
Kelas sosial mengekang nasib anggota masyarakatnya
Pada jaman dahulu kita mengenal kasta sosial, seperti kasta ksatria, brahma, waisa, dan sudra. Seseorang yang terlahir pada kasta tertentu, tidak bisa berpindah ke kasta lain. Hal ini menyebabkan ada pemahaman bahwa seseorang bisa ditakdirkan hidup susah. Contoh saja kasta sudra sebagai kasta terbawah, mereka selamanya akan jadi kelas sosial bawah, tidak bisa naik ke atas.
Kalian mungkin berpikir, ah itu kan hanya jaman dahulu. Jaman sekarang kan beda?!
Jangan salah! Jaman sekarang pun terdapat sistem pengkastaan, meskipun tak lagi sama seperti kasta masyarakat hindu tersebut di atas. Pada jaman sekarang, kelas sosial ditentukan oleh tingkat ekonomi. Ada si miskin, ada si kaya.
Yang menarik, orang-orang yang terlahir pada keluarga miskin sulit itu sulit untuk berubah menjadi kaya ketika dewasa. Sedangkan orang masa kecilnya sudah kaya, akan memiliki peluang besar untuk tetap jadi kaya ketika sudah besar.
Hal ini dikarenakan sistem ekonomi masyarakat modern banyak menganut kapitalisme. Siapa yang sejak awal memiliki modal besar, maka modal tersebut akan bertumpuk. Sehingga orang kaya jadi semakin kaya, sedangkan orang miskin jadi semakin miskin.
Karena kemiskinan dan kekayaan bergantung pada kondisi kita saat lahir, maka apakah benar kalau sebagian orang di muka bumi ini sudah ditakdirkan hidup susah?
Pada akhirnya, nasib bisa berubah
Semua poin-poin gagasan yang aku sampaikan di atas hanyalah untuk mem-brainstorming otak kalian. Baiklah, jujur, sebenarnya itu hanya dialektikaku saja. Ada sebagian dari jiwaku yang berpikir kalau ada manusia yang ditakdirkan hidup susah.
Namun sejauh yang aku pahami, hiduplah tidak demikian. Kita tidak pernah ditakdirkan hidup susah atau senang. Semua memiliki kesempatan untuk mengubah nasibnya.
Meskipun harus aku akui, kesempatan itu berbeda-beda tiap orang. Misal, orang yang terlahir di keluarga kaya, pasti memiliki kesempatan lebih besar untuk jadi kaya ketimbang seseorang yang terlahir di keluarga miskin.
Namun demikian, kesempatan mengubah nasib itu selalu ada. Bagaimana caranya? Ada dua cara, yaitu berusaha dan berdoa. Hukum alam dan bahkan Tuhan sendiri menjamin akan hal itu.
Sehingga, iya, tidak ada manusia yang ditakdirkan hidup susah. Yang ada hanyalah, kita memiliki kesempatan yang berbeda.
Komentar
Posting Komentar