Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Desember, 2023

Film Pengabdi Setan 2

Film Pengabdi Setan 2  ini set up sama build up-nya bagus. Sayang pay off-nya kurang memaksimalkan potensial. Aku suka setting-nya mereka yang ambil tempat di rusun. Di mana mereka memanfaatkan unsur-unsur yang ada di sana buat menciptakan sisi horror. Misal menggunakan asumsi lift yang rusak untuk menciptakan tragedi kematian massal pada penghuni lift tersebut. Aku juga suka unsur personal dalam kematian tiap karakternya. Misal, si ibu mati sehingga meninggalkan anaknya sendirian. Tiga dari empat anak perempuan mati dan menghantui yang satu masih hidup. Jadi setiap "hantu"-nya punya cerita sendiri, membuat horrornya lebih personal. Unsur setting dan hubungan personal antar karakter, ini menurutku adalah khas dari film Pengabdi Setan yang klasik. Ini yang membedakan dia dengan horror murahan yang hanya mengandalkan jumpscare. Dan versi yang modern ini cukup bisa memenuhi unsur khas klasik itu. Sayangnya dua aspek di atas kurang dimanfaatkan. Aspek setting apartemen, cuma dima

Film DreadOut

Film  DreadOut ini film horror adaptasi game. Versi game-nya bagus. Tapi film-nya goblok banget anjir. Ada banyak hal yang mengecewakan dari film ini, mulai dari karakter, plot, dan world building-nya. Tapi aku kritik jadi dua poin aja, kritik film ini sebagai film horror, dan kritik sebagai film adaptasi game. Sebagai film horror, harusnya bisa memunculkan rasa ngeri bagi penontonnya. Salah cara memunculkan rasa ngeri adalah dengan membuat penonton bisa relate sama apa yang terjadi di dalam film. Oleh karenanya, film horror mengharuskan plotnya itu logis, sesuai dengan yang terjadi di kehidupan penonton. Misal, ketika melihat sesuatu yang menakutkan, respon orang normal adalah takut, lari, dan menghindarinya. Ini adalah respon yang relatable. Kalau responnya santuy aja atau panik berlebihan, ini penonton gak bakal bisa relate. Di film Dreadout, hampir semua respon karakternya, atau plotnya, itu pada gak logis. Dialognya gak nyambung. Contoh, satu karakter ngomongin soal portal, eh ya

Film Hunger Games Songbird

Aku bingung sama plot film ini . Ini tentang apa, arah ceritanya kemana, di akhir cerita aku harus merasa apa. Awalnya aku kira ini film action petualangan, kayak original Hunger Games itu. Di mana sisi menariknya adalah bagaimana si protagonis harus mikir cara memenangkan pertandingan. Adapun film prequel-nya ini, Hunger Games Songbird, awalnya kayak gitu kan. Si protagonis masuk pertandingan. Tapi setelah pertandingan selesai, eh ternyata itu bukan plot utamanya, soalnya filmnya masih ada durasi 1 jam lagi. Buset Durasi sisanya tuh berkisar pada tema, entahlah, love story? Konflik masyarakat? Entahlah, sumpah bingung. Jadi kemungkinan ada 3 tema plot kan, antara action adventure, romance, dan atau social conflict. Masalahnya, ketiga plot tersebut gak kerasa enak diikuti. Pertama action adventure, ini kurang menarik dibandingkan film originalnya. Kayak gampang banget gitu si karakter memenangkan game. Musuhnya pada goblok. Si protagonis cuma modal racun tikus sama nyanyian. What?! Ter

Film Betina Pengikut Iblis

Harusnya film  ini punya premis yang bagus. Tentang penjual gule yang dagingnya dari mayat orang mati. Sayangnya ini kurang dieksplorasi dalam konflik antar karakternya. Misal nih si Sumi awalnya menggunakan daging adik si Sari untuk jualan. Karena laris, maka ketagihan untuk terus menerus. Si Sari, yang mayat adiknya dicuri, mulai mencari pelaku. Terus mulai menyelidiki kenapa gule si Sumi laris. Terus pake ilmu sihir teluh untuk saling fitnah, tuduh, dan semacamnya untuk saling menjatuhkan bisnis kedua karakter tersebut. Intinya ada banyak potensi cerita yang berputar pada ide penjual gule daging kanibal. Tapi sayangnya plot ini gak digunakan. Digunakannya cuma di awal doang. Sampe tengah-tengah, ceritanya jadi generik berkisar di tema balas dendam, perselingkuhan... membosankan. Tapi sepertinya yang jadi fokus, atau yang pingin diunggulkan oleh si penulis adalah tema tentang plot twist misteri mengenai siapa pembunuh si adik Sari dan di mana ibu si Sumi. Masalahnya, gak ada set up

Kapal-Kapalan

Dulu waktu kecil aku punya kapal-kapalan yang sering aku mainin tiap hujan-hujanan. Kapal itu kecil, mungkin seukuran telapak tangan. Terbuat dari kayu sisa bahan bangunan, satu berbentuk kotak, tiga berbentuk persegi panjang kecil. Semua itu aku paku jadi satu, bentuknya itu kayak tank, jadi kotak gitu, terus punya hidung panjang di depan. Sangat tidak hidrodinamis, I know. But what can I say, imajinasi anak kecil, ya kan?! Cara mainnya tuh aku ikatkan tali di bagian depan kapal (bagian hidungnya). Terus aku tarik. Lebih asyik kalau pas hujan, jadi kayak mengikuti aliran genangan air, atau melawannya. Biasanya sih main di depan rumah. Karena dulu lingkungan rumahku kan belum dipaving, masih tanah gitu. Jadi sering banjir. Namun warga mencangkul tanah buat jadi aliran air, supaya airnya menggenang dan menunju selokan utama. Nah, di depan rumahku tuh jadi aliran air ini. Jadi kalo main kapal-kapalan, ini alirannya deras. Terus kan ada rumput-rumput gitu tumbuh alami di sekitar aliran ai

Film The Marvels

Secara umum, film ini tuh tipikal cerita yang aku menyebutnya hero redemption. Di mana si Captain Marvel berusaha memperbaiki kesalahan masa lalu. Dan ini premis yang bagus. Karena aku tertarik untuk mengetahui apa akibat tindakan Captain Marvel men-shutdown pemimpinnya bangsa Kree. Pasti bakal ada problem kan. Ditambah ada karakter Photon, keponakan yang dia tinggalkan saat masih kecil. Juga Miss Marvel yang merupakan fans, Captain Marvel pasti mengalami struggle bagaimana menampilkan diri jadi panutan kedua karakter tersebut. Ini kan konflik menarik. Terus juga ada premis di mana ketiga karakter ini mengalami quantum entangling atau apa itu istilahnya, di mana mereka bisa switch up setiap kali menggunakan kekuatan mereka secara bersamaan. Ini juga bisa jadi potensi konflik sekaligus alat yang bagus untuk dinamika relationship antar ketiga karakter. Sayangnya, sayang banget, potensi kedua premis di atas kurang digunakan secara maksimal. Karena aku melihat di tengah-tengah film, konfl

Film Gatotkaca

Film ini mengecewakan. Mulai dari kostum, dialog, koreografi, plot, karakter, worldbuilding, CGI, please.. mulai dari mana aku harus mengkritik. Aku bahas inti permasalahannya saja, yaitu plotnya gak terarah. Secara umum, film ini adalah tipikal plot origin superhero movie. Ya kayak spiderman, iron man, captain america, yang gitu-gitu lah. Nah, apa yang jadi fokus arah plot origin superhero movie? Ya tentu saja karakter superheronya. Mereka fokus pada motivasi, latar belakang, konflik, perkembangan, dan penyelesaian yang dialami oleh si karakter hero. Dalam film yang kita bahas ini, harusnya fokus saja sama perkembangan karakter si Gatotkaca. Masalahnya adalah, film ini gak fokus kesana. Memang ada arah perkembangan karakternya. Mulai dari latar belakang keluarganya, terus motivasinya buat melindungi si ibu (atau balas ayahnya), terus dapat superpower, terus berubah jadi superhero. Namun demikian, ceritanya banyak dialihkan ke plot lain yang menurutku gak penting. Misal plot tentang p

Leve Palestina

Apa gunanya berperang jika tak mungkin kau menang? Itu yang aku tanyakan saat melihat sekelompok grup resistan di Gaza melawan militer Israel. Kayak gak logis gimana gitu. Gimana caranya kamu, yang cuma punya roket buatan rumahan, menang melawan tank rudal yang dipasok negara paling adidaya di dunia? Kenapa gak memilih jalur kalem aja, seperti pemimpin mereka di Tepi Barat? Konflik di Gaza akhir-akhir membuatku banyak mencari tahu historis perlawanan rakyat Palestina. Aku jadi sadar beberapa hal. Yang pertama, konflik ini ternyata bukan soal agama. Sebelumnya aku kira ini perang antara Islam lawan Yahudi, sama kayak perang salib dahulu antara Islam dan Kristen. Ternyata tidak. Dalam kubu Palestina sendiri juga ada kelompok Kristen dan Yahudi. Lalu siapa lawan siapa? Ini adalah Palestina lawan zionisme. Dan aku juga baru tahu kalau tidak semua Yahudi itu mendukung zionisme. So yeah, ini adalah perang kemerdekaan, penjajah dan yang terjajah. Berikutnya aku juga sadar, kalau perlawanan Pa

Kenapa Mikasa Sama Jean, Sih?!

Jadi di endingnya anime Attack on Titan, Mikasa nikah sama Jean, gitu?! Ini aku gak kecewa sih. Gini, aku paham alasan kenapa Mikasa dinikahkan sama Jean. Mungkin karena kasihan sama Mikasa, si kreator gak pingin Mikasa nasibnya menyendiri sampai tua. Terus dipasangkan sama Jean, karena dipikir ya siapa lagi yang cocok. Mungkin gini alasannya. Tapi masalahnya, Mikasa sama Jean ini gak build up relationship. Okey lah, Jean sejak awal sudah menunjukkan benih-benih perasaan. Terus di tengah progres anime, ada momen di mana Jean menyelamatkan Mikasa. Persoalannya, Mikasa gak memberikan timbal balik atas effort dan perasaannya Jean. Jadi sejak awal memang one-sided. Gak ada build up. Relationship development yang gak ada build up-nya, itu gak bagus secara storytelling. Untuk membuktikan kenapa Mikasa-Jean ini gak bagus, itu diuji aja. Coba kalian ganti Jean dengan karakter lain, misal Connie. Nah, taruh Connie sebagai karakter yang menikahi Mikasa di akhir. Nuansa relationship-nya sama kaya