Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari November, 2023

Cara Panggil Perawat

Kalo ingat-ingat dulu nonton sinetron, pas adegan si karakter memanggil-manggil perawat untuk mengecek keadaan pasien, itu drama banget ya. Ada yang manggilnya sampai teriak-teriak, atau lari-lari gitu. Nah, sekarang aku baru tahu kalau di RSUD Sidoarjo ini kita gak perlu drama kayak gitu. Kalau mau panggil perawat, tinggal pencet tombol aja di dekat ranjang tidur si pasien. Ketika di pencet, secara otomatis akan muncul pemberitahuan di meja perawat (ada di tengah-tengah koridor ruangan inap) mengenai nomor kamar dan nomer tempat tidur si pasien yang pencet bel. Terus tak berselang lama si perawat yang sedang jaga bakal meluncur ke sana. Sebelum pakai bel itu, aku gak tahu. Jadi tiap kali mau minta bantuan perawat (kayak benerin infus), aku secara manual mendatangi meja perawat buat panggil mereka. Setelah beberapa kali seperti itu (karena infusnya bolak-balik gak bener), si perawatnya bilang saya tinggal pencet bel aja biar gak capek mondar-mandir. Jadi, ya. Teknologi yang sangat memb

Infus

Tak kira persoalan infus itu sederhana. Tinggal tancap, udah selesai. Tapi ternyata cukup ribet, butuh kontrol, dan bikin perawat bolak-balik ngebenerin. Aku bolak-balik panggil perawat soal infus ini bukan cuma pas cairannya habis doang. Tapi juga sering kali infusnya macet, gak jalan, gak netes. Bahkan beberapa kali juga tangannya bapak jadi bengkak, menghalangi infus buat jalan, sehingga butuh nyari tempat kain buat nancepin infusnya. Kedua tangan bapak tuh sampai kehabisan tempat buat diinfus. Yang terakhir ini infusnya ditaruh di kaki. Entahlah..

Teh Ceprot Gratis Ganti

Gobloknya aku ya, gara-gara benerin headset HP, teh panas yang sedang aku bawa jatuh dan ceprot. Untung aja udah Maghrib, kantin jadi sepi. Langsung deh buru-buru ambil biar gak ketahuan orang. Tapi na'as, luberan air teh sudah meluber di TKP. Tak ayal seorang pedagang (yang tadi barusan aku beli nasi gorengnya) melihat aku yang panik bawa barang bukti. "Kenapa mas?!" tanya bapak pedagang. "Anu pak ceprot," jawabku malu. "Bocor?" tanya bapak pedagang lagi. "Endak pak, salah saya sendiri, tadi jatuh pas saya benerin barang bawaan," jawabku mengakui kesalahan. Lalu aku tanyakan di mana letak tempat sampah. Eh tak disangka, si bapak malah menyuruhku untuk meminta ganti ke pedagang teh panasnya. "Oh, ndak usah pak, saya beli lagi aja," aku yang malah semakin panik karena disuruh minta ganti. "Gapapa, sini tak bantu bilangin ke mbaknya," ucap si bapak yang sepertinya tahu kalau aku malu untuk minta ganti. "Yang itu buang a

Kantin RSUD Sidoarjo

Kantin RSUD Sidoarjo punya sistem pembayaran yang menarik. Jadi, kalo aku makan di tempat, maka si penjual bakal kasih bill, terus bayarnya terpusat di kasir depan. I know, I know, aku ndeso banget. Karena kata emak, sistem pembayaran yang kayak gitu tuh udah umum banget di tempat-tempat pariwisata. Maklumlah, aku jarang keluar rumah. Tapi beneran menarik deh. Karena dengan sistem begini, kita jadi gak riweh sama bayarnya. Misal, aku beli makan di penjual A, terus beli minumnya dari penjual B, ini gak repot bayarnya terpisah ke A dan B, tapi langsung jadi satu ke kasir. Lebih efisien. Cuma aku gak tau, pembayaran terpusat ini wajib atau kagak. Soalnya kalau aku belinya bungkus, maka aku bisa bayar di penjualnya langsung saat aku terima barangnya. Entahlah. Oh ya, masakan para penjual di kantin RSUD Sidoarjo ini juga enak-enak. Standar enaknya: kata emak, hahaha. Sorry aku gak kurang bisa membedakan masakan. Tapi kata emak sih sepadan sama harganya. Lebih mahal dari makanan penjual ping

Sakit dan Tak Punya Keluarga

Saat bapak lagi menunggu kamar di IGD kemarin, datang seorang nenek yang sudah sepuh banget. Aku tidak bisa mendengar percakapannya, tapi di meja pendaftaran sepertinya beliau mengeluhkan sakit. Yang mencengangkan adalah beliau datang sendirian. Saat petugas kesehatan menanyakan apakah ada anggota keluarga yang mengantar, nenek tersebut menangis tanpa mengeluarkan sepatah katapun. Akhirnya petugas medis pun langsung fokus saja menangani beliau, menanyakan keluhan, dan menginfus. Kebetulan bapak dan nenek tersebut berada di satu ruanagan tunggu sementara (bersama banyak pasien lain). Sekali lagi, pemandangan memilukan terjadi. Saat pasien lain ditemani oleh keluarga, diajak bicara, dan dipenuhi kebutuhannya, si nenek ini yang notabene gak ada keluarga yang mengantar, hanya berbaring sendirian. Beberapa kali keluarga dari pasien lain mendekati si nenek ini. Setiap kali ditanya perihal keluarga, beliau menjatuhkan air mata. Aku tidak tahu pasti kenapa tidak ada keluarga yang mengantarkan

Kenapa Orang Miskin Gak Pake KIS-nya

Sebagian orang miskin itu dapat bantuan dari pemerintah untuk kesehatan. Mereka dapat kartu KIS yang gak perlu bayar iuran sama sekali. Dengan KIS, mereka kalau sakit cuma perlu datang ke faskes tingkat pertama, dan mereka langsung dapat layanan kesehatan. Bahkan jika mereka diharuskan untuk tes lab, rawat inap, atau operasi, dengan KIS tersebut mereka bisa mendapatkannya secara gratis sesuai prosedur. Persoalannya, budaya kolot dan kurangnya pengetahuan, membuat orang miskin ini kurang memaksimalkan bantuan pemerintah di bidang kesehatan ini. Budaya kolot yang aku maksud di sini adalah kepercayaan bahwa kesuksesan pengobatan itu bergantung pada reputasi dan cocok-cocokan. Contoh ketika bapak saya sakit keras, semua tetangga termasuk orang tuaku sendiri menganjurkan untuk berobat ke dokter A. Kalau gak cocok, ke dokter B, dan seterusnya. Semua itu berdasarkan pengalaman orang-orang itu, dan cocok-cocokan. Akhirnya yang terjadi, bapak kurang sembuh maksimal, karena dokter umum yang prak

Kehabisan Kamar Bikin Gak Tenang

Perasaan jadi gak tenang kalau kehabisan kamar ketika butuh rawat inap di rumah sakit. Ini aku alami ketika mengantarkan bapak ke RSUD Sidoarjo Sabtu 18 November 2023 lalu. Bapak didiagnosa oleh puskesmas kena tipes dan infeksi. Mereka memberi rujukan untuk dirawat inap di RSUD. Namun sesampainya di RSUD, bapak tidak segera dibawa ke kamar inap, melainkan ditampung dulu di ruang IGD. Mungkin karena terlalu banyaknya pasien kali ya?! Jadi banyak pasien yang ada di ruang IGD tersebut juga bernasib sama seperti bapak, yakni menunggu kamar inap. Saat aku menjaga bapak di ruang IGD tersebut, ada seorang pasien yang diperiksa oleh seorang dokter. Pasien tersebut menyempatkan diri bertanya pada si dokter, kapan dipindah ke kamar inap. Lalu si dokter menjawab bahwa ketersediaan kamar bagi kelas tingkat rendah baru tersedia hari Senin. Setelah dokter tersebut keluar ruangan, terdengarlah kepanikan beberapa pasien lain. Hal ini cukup mengkhawatirkan bagi keluarga pasien. Karena di ruang IGD ters