Langsung ke konten utama

Film Bridge to Terabithia

Jess and Leslie playing PT Bridge to Terabithia pencil drawing
Jess, Leslie, and P.T.
Agak telat sebenarnya aku cerita ini. Karena aku nonton ini sekitar bulan November 2018 lalu. Dan sekarang juga mungkin ada detail yang aku lewatkan. Tapi gapapa, sekedar buat sharing aja.

Aku nonton ini di tivi. Gak menyengaja sebenarnya. Waktu itu aku lagi insomnia. Bolak-balik posisi badan, buka-tutup mata, tapi ga merem-merem. Ya sudah, nonton tivi aja.

Tapi jam menunjukkan lewat waktu tengah malam. Emang ada ya acara tivi yang bagus jam segini?

Aku pindah-pindah channel, berharap ada film hollywood yang bagus seperti TransTV dan GTV. Ternyata nope, dua stasiun TV itu sudah usai, ganti acara apa entah aku ga tau.

Nah kebetulan nemu “Bridge to Terabithia” lagi tayang di Trans7. Awalnya aku ga tau itu film apa. Hanya saja karena itu satu-satunya acara tivi yang menayangkan film, ya udah aku tonton aja. Dan kan memang aku ga niat nonton, cuma agar mata capek aja.

Awal Film

Leslie Burke Bridge to Terabithia pencil drawing
Leslie Burke
Aku nontonnya gak dari awal. Seingatku aku nontonnya pas adegan Leslie pertama kali masuk kelas dari pindahan sekolah. Dari sini aku sudah menduga pasti film ini tentang kehidupan anak-anak di sekolah.

Terus berlanjut adegan lomba lari, yang Jess ga mau diajak kenalan Leslie. Jadilah semakin kuat dugaanku kalo ini film anak-anak sekolah, spesifik tentang pertemanan. Mungkin di awal cerita ini mereka ga mau deket-deketan, tapi pasti nanti di akhir jadi teman dekat. Ya kayak film Petualangan Sherina gitu deh.

Sebenarnya aku agak bosan karena alur cerita sudah ketebak. Cuma, adegan-adegan seperti Leslie di-bully, Jess nyelametin dia ketika di bus, terus mereka berdua membangun rumah pohon di hutan, adegan-adegan cheesy ini cukup membuatku terhibur. Entahlah, mungkin karena saat itu aku lagi ada problem pertemanan, merindukan sosok teman ideal, dan Jess-Leslie ini menunjukkan gambaran pertemanan yang aku inginkan. Sehingga, meski alur ketebak, but I keep watching.
Jesse Aarons Bridge to Terabithia pencil drawing
Jesse Aarons
Tapi pas nyampe adegan Jess dan Leslie diserang tupai Squogger (atau apapun namanya itu, wkwk), terus melihat pandangan Kerajaan Terabithia dari atas pohon itu, aku agak mulai tertarik. Kok ada makhluk dan dunia fantasi gitu? Jangan-jangan ini film fantasi ya? Entahlah, mungkin seperti Narnia?

Tapi selanjutnya aku tahu, ternyata makhluk-makhluk fantasi seperti tupai Squogger, burung gagak yang menyerang, terus Trol raksasa, itu cuma imajinasi mereka. Lebih tepatnya, mereka berimajinasi berdasarkan masalah-masalah yang mereka hadapi di sekolah dan di rumah.

Jadi Jess dan Leslie merupakan dua anak yang kehidupan di rumah dan sekolahnya gak begitu bagus. Jess merupakan satu-satunya anak lelaki dari lima bersaudara, hidup dalam keluarga yang miskin. Di sekolah dia dikerjai temannya, dan diejek sebagai anak petani.

Leslie juga demikian. Mungkin dia bukan dari keluarga miskin. Tapi dia adalah anak tunggal dari pasangan suami istri yang selalu sibuk menulis buku tanpa punya waktu main sama anaknya. Di sekolah Leslie di-bully karena orang tuanya gak mau membelikan tivi.

Sehingga untuk menghibur diri, Jess dan Leslie selalu pergi ke tempat rahasia mereka berdua, yang mereka namakan Terabithia. Ini hanyalah rumah pohon di tengah hutan dekat rumah mereka. Tapi mereka berimajinasi bahwa Terabithia adalah sebuah kerajaan, di mana mereka jadi Raja dan Ratu, bertarung melawan Trol raksasa dan sebagainya.

Kok Jadi Menarik Ya?!


Dari sini jelas, ini bukan film fantasi, tapi film tentang persahabatan dua orang anak.

Tapi justru karena itu aku semakin tertarik. Entahlah, persahabatan antara Jess dan Leslie membuatku iri. Mereka benar-benar merupakan gambaran akan sosok ideal pertemanan yang aku inginkan dalam hidupku. Aku ingin punya teman seperti mereka.

Mungkin karena aku memiliki banyak kesamaan dengan Jess kali ya?! Aku berasal dari keluarga kurang mampu, ga punya banyak teman, dan jarang mendapat perhatian. Sehingga ketika Jess merasa bahagia berteman dengan Leslie, aku pun merasakannya.

Bahkan ada beberapa adegan yang membuatku sampai senyum-senyum bahagia sendiri. Seperti saat Leslie ngasih Jess hadiah ulang tahun, Jess dan Leslie ngerjain Janice (kakak kelas pem-bully), dan adegan Leslie memeluk Jess karena saking senengnya dihadiahi anak anjing. Adegan-adegan ini membuatku bergumam, “If I had a friend like Leslie, really I will marry her!”. Wkwkwk..
Bagaimana ya?! Leslie itu sosok yang optimis, penuh motivasi, pintar, imajinatif, dan lugu. Persis seperti gambaran teman ideal versiku. Meskipun sebagai perempuan, dia agak aneh. Tapi setiap kali dia berinteraksi dengan Jess, ya Allah, aku merasakan dia juga berinteraksi denganku. Beneran deh, pengen banget dia menjadi sosok yang nyata dalam hidupku. Apalagi pas adegan Leslie menggendong anjingnya, hujan-hujan, menoleh ke Jess, terus melambaikan tangan, dan tersenyum manis.. By God, I swear I will find her around the world and I will befriend her, whatever it takes!

No God Please, Nooooo


Tapi adegan selanjutnya.. Nah ini nih yang paling aku gak suka dari film ini. Pas lagi seneng-senengnya menikmati persahabatan mereka, pas lagi besar-besarnya ekspektasi bahwa Jess dan Leslie bakal nikah, punya anak, dan bahagia selama-lamanya.. eh tiba-tiba LESLIE MENINGGAL.

“Wait, WHAT?!” responku.

Aku sampe reflek menekan tombol remot tivi lho, berharap kayak nonton di PC, bisa diputar ulang yang barusan dibicarakan. Karena gak ada angin gak ada apa, lha kok bisa Leslie meninggal gitu aja?! Ini subtitle-nya salah ketik atau gimana?!

Jadi, adegan sebelumnya itu, habis adegan hujan-hujan Leslie melambaikan tangan ke Jess, keesokan harinya Jess diajak guru sekolahnya ke museum. Itu Jess seneng banget. Pertama, dia sudah senang karena kemarinnya mendapatkan lambaian manis dari Leslie. Kedua, hari ini Jess pergi ke museum berduaan dengan guru favoritnya (yang gak kalah manis dari Leslie). Jess juga cerita tentang Leslie ke gurunya itu, dan ternyata gurunya juga memiliki nilai-nilai dan pandangan yang sama seperti mereka berdua. Ya mungkin Jess berpikir suatu hari nanti mereka bertiga bisa pergi bersama. Pasti akan jadi hari yang sempurna.

Nah, pas pulang dari museum, nyampe rumah, keluarga Jess semuanya sudah menunggu di ruang tamu. Mereka pikir Jess meninggal, sama kayak Leslie.

Jelas responku persis kayak Jess menanggapi perkataan ayahnya, “What?! Bagaimana bisa?!”

Terus ayahnya bilang kalau Leslie ditemukan meninggal di sungai (tempat Jess dan Leslie biasa menyebrang untuk sampai ke Terabithia mereka). Sepertinya dia berusaha berayun melalui tali (yang biasa digunakan Jess dan Leslie untuk menyebrang), namun talinya putus. Membuat Leslie jatuh dan kepalanya terbentur.

Okey, itu masuk akal. Tapi sekali lagi, pikiranku tetap sama seperti yang dipikirkan Jess, “Gak mungkin, gak masuk akal! Itu tali ajaib, gak mungkin bisa putus!”

Harusnya sih yang gak masuk akal itu Jess ya?! Tapi gimana ya, aku juga bingung kenapa aku sepakat sama dia. Saat dulu awal mereka bermain di hutan, Leslie memang berimajinasi kalau tali yang mereka gunakan itu ajaib. Sebuah tali yang baginya digunakan untuk menyebrang dari dunia nyata ke dunia Terabithia. Sehingga secara “logika”, harusnya tali itu gak bisa putus. Tapi logika tidak tunduk pada imajinasi ya.

Setelah mendengar perkataan orang tuanya, Jess masih gak percaya (sama, aku juga gak percaya). Dia pergi keluar rumah, menuju rumah Leslie yang memang tetanggaan. Ternyata ada beberapa orang dan mobil polisi di sana (tandanya memang ada suatu musibah).

Lalu Jess pergi ke kamarnya. Mengacak-acak barangnya, mencari buku gambarnya, lalu menemukan satu halaman di mana dia melukis Leslie di situ. Dia pandangi, dia nangis, terus tidur.

Persis seperti yang aku pikirkan, tidur adalah tindakan yang tepat untuk situasi ini. Mungkin ini hanya mimpi, Leslie tidak benar-benar meninggal. Mending tidur saja. Pas besok pagi bangun, aku masih bisa ketemu dia.

Besok paginya, Jess bangun. Semuanya kelihatan normal. Ibunya lagi masak, kakak dan adiknya sarapan. Jess pun langsung duduk di meja makan, mengambil minuman, pancake, dan makan. Dalam pikiranku: tuh kan bener, tadi cuma mimpi.

Tapi ekspektasiku hancur lagi pas orang tua Jess mengajaknya untuk melayat ke rumah Leslie.

Wait, WHAT?! No, God please, nooooo….

Jujur sebagian diriku pingin segera mematikan tivi. Aku gak mau melanjutkan ceritanya. Aku ga mau kalau Leslie meninggal. Tapi sebagian diriku juga pingin memastikan apakah Leslie bener-bener meninggal. Mungkin saja ada keajaiban Leslie hidup lagi atau gimana gitu?! Jadilah aku tetap lanjut menontonnya.

Jess dan kedua orang tuanya berjalan ke rumah Leslie. Ternyata benar. Di sana ada banyak orang melayat. Orang tua Leslie menyambut. Lalu ayah Leslie mendekap Jess, dan bilang:

“Dia mencintaimu, kau tahu?! Dia tidak begitu banyak punya teman di sekolahnya yang dulu. Jika bukan karenamu.. (nangis). Terima kasih sudah menjadi sahabat terbaiknya.”

Ya Allah, kumohon, jangan.. Leslie beneran meninggal?! Tolong katakan ini bukan kenyataan. Tolong katakan di akhir cerita Leslie ternyata gak meninggal dan mereka menikah, terus hidup bahagia..

Iya film ini masih belum berakhir, alurnya masih berlanjut. Tapi kebanyakan menampilkan adegan Jess yang sedih, melamun, dan seperti tidak bisa menerima kenyataan kalau Leslie meninggal.
Jangankan Jess, aku aja yang cuma penonton masih gak bisa terima. Sepanjang sisa film itu aku gak bener-bener sadar. Mungkin aku nangis, aku gak tau. Yang aku pikirkan hanyalah aku harus terus nonton film ini sampai akhir, berharap ada happy ending, Leslie gak jadi mati atau semacamnya.

Tapi tidak. Sampai akhir film tidak ditunjukkan kalau Leslie tidak jadi meninggal. Film ini diakhiri dengan Jess yang mulai bisa menerima kepergian Leslie, move on, dan mengajak adik perempuannya ke Terabithia sebagai gantinya Leslie. Tamat.

Tahu yang aku pikirkan ketika melihat ending-nya begitu: “Nggak mungkin! Pasti ada sekuel kedua dari film ini. Kelanjutannya yang menceritakan Jess sudah dewasa, dan entah bagaimana dia ketemu lagi dengan Leslie yang gak jadi meninggal. Terus mereka berdua menikah, punya anak, bahagia, sampai tua, ...”

Jadilah malam itu aku semakin insomnia. Aku langsung browsing di google, youtube, reddit, atau apapun yang bisa menunjukkan ada kelanjutan dari film ini.

Tapi nihil. Ternyata semua sumber mengatakan memang begitu ending-nya. Bahkan novelnya (yang aku harap berbeda dengan versi filmnya) juga demikian. Tidak ada kemungkinan Leslie masih hidup.

Pesan Moral


Keesokan harinya, mood ku benar-benar berubah. Sebelumnya aku cuma merasa stress karena punya problem dengan teman. Sekarang jadi merasa seperti orang yang berduka karena baru saja ditinggal mati oleh orang tercinta.

I tell you, it’s worse men, really really worse.. Aku ga nafsu makan, males keluar, bahkan ga nyambung diajak ngomong sama orang-orang di rumah.

Gila! Kok bisa ya film membuatku jadi kayak gini?! Jujur, ini pertama kalinya aku nonton film yang efeknya membuatku jadi kayak emak-emak yang nonton sinetron: menjadikannya personal. Kayak ga sadar aja kalau itu cuma film, bukan kenyataan.

Ini adalah film terburuk yang pernah aku tonton. Aku benci film ini. Aku gak akan pernah mau nonton film ini lagi. It hurts me, men!

Tapi kalian tahu lah, aku mengungkapkannya dengan maksud kebalikannya. Itu adalah film terbaik yang pernah aku tonton. Film ini mengajarkan padaku untuk menghargai seseorang yang begitu berperan dalam hidup kita.

Meskipun dia orang yang aneh, tidak keren, tidak cantik, tidak se-ideal yang kita inginkan. Tapi jika dia adalah seseorang yang bisa memahamimu, berbagi denganmu, selalu mendampingimu, dan membuatmu bergerak maju.. maka jangan sia-siakan orang seperti itu.

Kamu tidak tahu kapan kamu akan berpisah. Kamu tidak tahu kapan dia melambaikan tangan untuk yang terakhir kalinya. Bisa jadi senyuman manisnya yang kemarin adalah yang terakhir kamu lihat darinya.

Secara pribadi, beberapa hari setelah nonton film ini, aku putuskan untuk menghubungi salah satu temanku. Aku dan dia jarang bicara sebelum ini, hubungan kami bermasalah, dan itulah yang membuatku insomnia pada malam itu.

Tapi dia mengingatkanku pada sosok Leslie. Dia telah berhasil mengubah hidupku. Meskipun kami berhubungan cuma satu tahun. Tapi itu sudah cukup bagiku untuk belajar banyak hal darinya.

Aku menghubungi dia dan mengatakan sesuatu yang tidak pernah aku pikirkan sebelumnya:

“Aku mencintaimu, dan terima kasih sudah menjadi sahabat terbaikku.”

Dan untuk kalian yang sudah nonton film ini, yang merasakan seperti yang aku rasakan, semoga kalian menemukan “Terabithia” dalam hidup kalian.
Terabithia line drawing
“Perhaps Terabithia was like a castle where you came to be knighted. After you stayed for a while and grew strong you had to move on.”

Komentar