Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Mei, 2019

Sedekah, Kekayaan, dan Kebahagiaan

Sedekah Saya terpikir mengenai hubungan antara sedekah dan kekayaan. Ada beberapa orang yang saya temui, mereka enggan untuk bersedekah. Alasannya mereka merasa belum cukup kaya. Kebutuhan diri sendiri saja belum terpenuhi, pikirnya. Di sisi lain, ada orang yang cukup giat bersedekah. Namun alasannya sekali lagi, "Bersedekah biar berkah cepet kaya." Yang jadi pertanyaan, kenapa sih sedekah harus dihubungkan dengan kekayaan? Memangnya orang yang nggak kaya nggak bisa bersedekah ya? Terus bagaimana ceritanya sedekah bisa membuat seseorang jadi semakin kaya? Menurut saya, tidak ada hubungannya antara bersedekah dan menjadi kaya. Kita nggak harus kaya untuk bersedekah. Karena pada kenyataannya tenaga juga bisa kita berikan. Bahkan umat Islam juga menganggap bahwa senyum adalah sedekah. Sehingga, apakah harus kaya untuk bersedekah? Adapun mengenai sedekah yang bisa menyebabkan kita jadi kaya, entahlah apakah saya harus mempercayainya. Secara sunatullah, kekayaan

BPJS Buat ke Psikolog, Apakah Bisa?

Kartu Indonesia Sehat Saya akui beberapa bulan ini saya agak depresi. Ada gejala seperti gangguan tidur, cemas saat mau ketemu orang, gak produktif, dan sebagainya. Lalu saya pikir mungkin ada baiknya untuk konsultasi ke psikolog. Tapi saya takut. Pasalnya saya gak pernah tahu gimana cara psikolog. Saya juga gak pernah lihat orang di sekitar saya ke psikolog. Tapi yang lebih membuat saya takut, biaya konsultasinya yang sampai seratus ribuan. Saya mana ada uang segitu?! Tapi saya punya kartu BPJS. Pikir saya, mungkin BPJS bisa digunakan untuk mendapat pelayanan kesehatan jiwa itu. Mau bagaimanapun, jiwa kan juga butuh “sehat”, iya gak sih?! Tapi tetep ya, pemahaman umumnya kan BPJS itu digunakan untuk sakit-sakit fisik kayak tipes, paru-paru, dan sebagainya. Emang bisa ya BPJS digunakan untuk pelayanan kesehatan jiwa? Saya coba searching di google, katanya bisa. Saya juga coba tanya temen-temen, ada yang bilang bisa, ada yang ragu. Tapi ada satu teman saya, dia berbaik

Ingin Hidup Seperti yang Lainnya

Depresi Aku ingin menikah, punya anak. Berkeliling dunia. Membeli rumah. Memiliki liburan yang romantis. Makan es krim sepanjang sehari. Tinggal di luar negeri. Memiliki berat badan ideal. Menulis novel yang bagus. Tetap berkomunikasi dengan teman-teman lama. Aku ingin menanam pohon. Memasak makan malam yang lezat. Merasa sepenuhnya sukses. Mandi es, berenang dengan lumba-lumba. Memiliki pesta ulang tahun. Hidup sampai seratus tahun. Mempertahankan pernikahan sampai aku mati. Aku ingin mengirim pesan dalam botol dan mendapatkan balasan yang sama menariknya. Mengatasi semua ketakutan dan fobiaku. Berbaring melihati awan sepanjang hari. Memiliki rumah tua yang penuh pernak-pernik. Ikut lari maraton. Membaca buku yang sangat bagus, yang akan kuingat kutipannya sepanjang hidup. Melukis gambar menakjubkan yang menunjukkan bagaimana perasaanku. Menempeli tembok dengan gambar dan kata-kata yang menyentuh hatiku. Aku ingin mengkoleksi semua serial acara favoritku. Menyuarakan isu-is

Film Bridge to Terabithia

Jess, Leslie, and P.T. Agak telat sebenarnya aku cerita ini. Karena aku nonton ini sekitar bulan November 2018 lalu. Dan sekarang juga mungkin ada detail yang aku lewatkan. Tapi gapapa, sekedar buat sharing aja. Aku nonton ini di tivi. Gak menyengaja sebenarnya. Waktu itu aku lagi insomnia. Bolak-balik posisi badan, buka-tutup mata, tapi ga merem-merem. Ya sudah, nonton tivi aja. Tapi jam menunjukkan lewat waktu tengah malam. Emang ada ya acara tivi yang bagus jam segini? Aku pindah-pindah channel, berharap ada film hollywood yang bagus seperti TransTV dan GTV. Ternyata nope, dua stasiun TV itu sudah usai, ganti acara apa entah aku ga tau. Nah kebetulan nemu “Bridge to Terabithia” lagi tayang di Trans7. Awalnya aku ga tau itu film apa. Hanya saja karena itu satu-satunya acara tivi yang menayangkan film, ya udah aku tonton aja. Dan kan memang aku ga niat nonton, cuma agar mata capek aja. Awal Film Leslie Burke Aku nontonnya gak dari awal. Seingatku aku nontonny

Air Mata Emas Susi Susanti

Air Mata Emas ... Aku harap aku memiliki air mata itu suatu hari nanti. Berlinang dari kedua mata yang memandangi sebuah bendera. Bukan sekedar melihat selembar kain merah putih, tapi bayangan dari mereka yang mati-matian memperjuangkannya. Membayangkan aku juga berhasil mengibarkannya. Bukan dengan luka dan darah, tapi keringat dan susah payah. Air mata yang membasahi wajah, untuk menyejukkan betapa harunya jiwa. ... (Dilukis dari foto karya alm. Kartono Riyadi, memotret momen Susi Susanti meraih emas pada Olimpiade Barcelona 1992)