Langsung ke konten utama

Agama Tidak untuk Diperdebatkan?

Iseng browsing Youtube, lihat video debat Dr. Zakir Naik. Pada kolom komentar ada yang bilang, "Agama itu soal kepercayaan, bukan untuk diperdebatkan. Terserah individu masing-masing mau percaya agama mana."

Well, ada yang aku sepakati, ada yang kagak dari pernyataan itu. Aku sepakat kalau itu terserah pada masing-masing orang percaya agama mana. Karena kepercayaan itu menuntut adanya freewill. Dan kita gak akan pernah bisa memaksa freewill seseorang. "Terpaksa" mempercayai seseuatu, sejatinya bukanlah kepercayaan. Oleh karenanya Islam mengajarkan "tidak ada paksaan dalam agama."

Tapi pertanayaan bahwa agama tidak untuk diperdebatkan, ini aku gak terima. Apakah jika menyangkut kepercayaan sama dengan tidak bisa atau tidak boleh untuk diperdebatkan?

Menurutku, kepercayaan itu masuk area yang bisa diperdebatkan. Kenapa? Karena kepercayaan haruslah pada seseuatu yang benar. Kepercayaan adalah dasar sistem pengetahuan diri kita. Kalau basicnya salah, bisa roboh bangunan pengetahuannya.

Misal jika kita percaya bahwa bumi itu datar alih-alih bola, maka teori gravitasi, fisika, dan sebagainya itu akan useless semua.

Jadi kepercayaan, harus diketahui nilai kebenarannya. Nah, salah satu cara untuk mencari kebenaran adalah dengan perdebatan. Dalam perdebatan, ada yang namanya saling counter argumen. Ini sama kayak filosofi Hegel, tesa-antitesa, di mana argumen puncak yang tidak memiliki lagi counter argumen, maka argumen tersebut mendekati kebenaran.

Hal itu juga berlaku pada persoalan agama. Setiap agama memiliki argumennya kebenarannya masing-masing. Dengan saling mengadu argumen agama, maka bisa diketahui agama mana yang paling mendekati kebenaran. Sehingga, tidak ada salahnya untuk berdebat di wilayah agama.

Namun demikian, aku bisa berempati dengan seseorang yang komentar di Youtube tersebut. Mereka sebenarnya hanyalah takut atau khawatir akan dampak dari perdebatan itu. Kita tahu lah, masyarakat Indonesia ini masih belum terbiasa dengan metode perdebatan. Bagi mereka, perdebatan sama dengan kegaduhan dan pertengkaran. Bukannya menerima kesimpulan perdebatan secara lapang dada, yang terjadi malah perpecahan antar agama.

Namun janganlah demikian. Perdebatan hanyalah alat untuk menguji suatu pengetahuan. Apapun hasil perdebatannya, tidaklah lantas dipaksakan kepada semua pihak. Apalagi sudah jelas prinsip dalam suatu kepercayaan, "tidak ada paksaan dalam beragama."

Komentar