Langsung ke konten utama

Cinta dan Melepaskan

Dahulu aku sering berpikir bahwa tujuan akhir dari cinta adalah memiliki, untuk selamanya. Ya kau tahu, seperti cerita cinta pada umumnya saat itu, di mana sang pahlawan menyelamatkan putri, lalu menikah, hidup bahagia.

Jatuh cinta terasa bahagia. Serasa ada jaminan pada ujung cerita ini akan ada kebahagiaan menanti. Tak peduli seberapa besar ketidakmungkinan, seberapa banyak halangan, seberapa tangguh naga yang menculik tuan putri, kita akan selalu bisa mendapatkan apa yang kita cintai.

Tapi tidak. Kenyataan tidak bekerja seperti itu. Atau setidaknya, kenyataanku.

Kenyataan itu membuatku sadar bahwa setiap cinta pasti akan berujung pada perpisahan. Iya, SETIAP cinta pasti berpisah. Ada yang kisahnya hanya tahap pacaran, tidak jadi pernikahan. Ada yang belum pacaran, sudah harus berpisah karena bertepuk sebelah tangan. Ada yang sampai menikah, namun dalam perjalanannya menemukan ketidakcocokan atau bahkan pengkhianatan, jadilah perceraian. Ada yang lebih beruntung cinta sampai menua, namun pada akhirnya juga berpisah karena kematian.

Mungkin beberapa kalian menyatakan, “Oh, cinta sampai dijemput ajal, itu bukan perpisahan, itu cinta yang abadi selamanya.”

Tidak, kawan, tidak ada yang abadi di dunia. Iya mungkin mereka bisa abadi di akherat, entahlah kalau memang akherat itu ada. Tapi selagi mereka di dunia, semuanya pasti merasakan yang namanya perpisahan karena kematian. Mereka harus melewati tahap itu.

Jadi sudah jelas, semua cinta pasti berpisah, seindah atau seromantis apapun perjalanannya.

Oleh karena perpisahan itulah, maka setiap insan yang mencinta harus bersiap untuk melepaskan. Jika kau belum siap untuk melepaskan, maka jangan coba untuk jatuh cinta. Cinta tanpa melepaskan hanya akan menjadi nafsu kepemilikan.

Mungkin kalian pernah mendengar perumpaan bunga di taman. Bayangkan kau berjalan di taman, dan menemui sekuntum bunga yang cantik. Muncul dua pilihan cara untuk mencintanya. Pertama kau memetiknya dan menyimpannya di kamarmu. Atau kedua, aku membiarkannya mekar untuk menghiasi taman, dan jika mau berusaha lebih, kau menyiram dan merawatnya di tempat dia tumbuh.

Sebagian besar diri kita akan memilih yang kedua. Karena pilihan tersebut terasa begitu bijak, dewasa, dan terbaik untuk sesuatu yang kita cintai. Di sana ada unsur melepaskan, bukan hanya memiliki.

Cinta dan melepaskan, memang terdengar agak bertentangan. Bagaimana kita bisa mencintai sesuatu jika saat bersamaan kita harus bersiap kehilangannya? Seperti dua sisi mata koin.

Tapi memang begitulah dunia bekerja. Dualitas kenyataan. Yin dan Yang. Untuk menjadi berani, kamu harus takut. Untuk memiliki keyakinan, kau harus ada keraguan. Untuk mencintai, kau harus melepaskan.

Cinta sejati bukanlah untuk yang berhasil memiliki atau terus bersama. Cinta yang sejati adalah yang melepaskan pada saatnya tiba, entah saat pertemuan, perselisihan, atau akhir perjalanan. Semua cinta harus melepaskan.

Komentar