|
Memanjatkan Doa |
Pernahkah kalian merasa percuma berdoa? Kalian berada pada kondisi keterpurukan, kesendirian, kehinaan, berharap lepas dari kesulitan. Kalian panjatkan doa, namun kondisi tidak kunjung berdoa. Sampai pada puncaknya kalian merasa kalau berdoa itu tidak ada gunanya.
Mengapa Tuhan tiada kunjung mengabulkan doa kita?
|
Memanjatkan Doa |
Saya bertanya pada pemuka agama. Jawabannya mencengangkan saya, bahwasannya mungkin saja karena kita yang terlalu banyak dosa. Sejak pertama, Adam dan Hawa sudah melanggar perintah-Nya. Itu menurun dalam darah kita. Pembunuhan, kekafiran, pengrusakan, manusia tempatnya salah dan dosa. Sehingga wajar saja Tuhan murka pada kita. Tuhan hanya cinta pada para Nabi dan ulama saja.
Jelas sekali itu jawaban yang tidak menyenangkan bagi saya.
Lalu saya bertanya pada mereka yang terkenal dengan filsafatnya. Mereka tiada sepakat kalau manusia tempatnya sampah. Manusia adalah makhluk berakal budi, mampu menilai mana kebenaran yang hakiki. Namun karena kejeniusannya itulah, Tuhan tidak perlu lagi untuk membantu manusia. Doa hanyalah ungkapan perasaan saja.
Semua masalah sudah ada sunatullah pemecahannya di dunia. Kalau miskin, ya bekerjalah. Kalau terpuruk, ya bangkitlah. Semua masalah sudah ada sunatullah pemecahannya di dunia. Kewajiban Tuhan hanyalah menciptakan alam semesta beserta isinya, setelahnya, Dia hanya tinggal duduk di singgahsana-Nya. Jika ada manusia yang tidak bisa lepas dari kondisi kesusahannya, itu karena dia terlalu bodoh tidak mau menjalani sunatullahnya.
Lebih jauh saya bertanya kepada mereka yang terkenal dengan sains-nya. Mereka sepakat bahwasannya dengan ilmu pengetahuan, manusia bisa mengatasi segala masalah. Semua yang terjadi di dunia ini hanyalah mekanisme alam semata, di mana manusia bisa mempelajari dan mengakalinya. Doa tidak akan mengubah apa-apa. Tuhan tidak pernah ada.
Bukannya saya sepakat sama mereka. Tapi pendapatnya ada benarnya juga. Saat saya perhatikan dinamika dunia, memang tidak saya lihat Tuhan di sana. Di mana Tuhan saat terjadi peperangan, pembantaian jutaan anak tak bersalah, jutaan orang tua yang berdoa untuk kemerdekaan bangsanya? Kalau Tuhan ada, kenapa Dia membiarkan mereka, kenapa Dia tidak mengabulkan doa?
Andaikan nanti bangsa tersebut berhasil merdeka, apakah benar Tuhan yang melakukannya? Tidakkah itu karena rakyatnya sendiri yang berjuang mengusahakan kemerdekannya?
Pun jika saya sepakat Tuhan memerdekakan bangsa tersebut, atau juga mengabulkan doa, saya tetap tidak yakin Dia akan melakukan hal yang sama terhadap nasib saya. Karena saya hanya orang biasa, yang penuh dosa. Dibandingkan para Nabi atau nasib suatu bangsa, siapalah diri saya? Mungkinkah Tuhan mau membelahkan lautan untuk saya?
Itulah dialektika yang ada di kepala saya mengenai apakah doa itu percuma. Jujur saya masih belum mengetahui pasti bagaimana Tuhan mengabulkan doa. Hanya yang saya yakin adalah firman Allah:
"Ud'uuni astajib lakum." - Qs. al-Mu'min [40]: 60
|
Semua Makhluk Berdoa kepada Allah |
Dengan ayat itu saya memperhatikan lagi semesta dengan pemandangan baru. Saya lihat setiap makhluk menengadah, saya dengar mereka berdoa, dan saya rasakan Dia mengurus mereka.
Lalu kenapa aku akan ragu kepada-Nya? Berdoalah, semua akan baik-baik saja.
Komentar
Posting Komentar