Keluarga sebagai Sumber Daya Kasih Sayang |
Orang-orang bekerja itu lebih banyak untuk mencari kasih sayang ketimbang mencari uang. Yang mencari uang pun juga sebenarnya untuk membeli kasih sayang. Entahlah, memangnya kasih sayang bisa dibeli ya?! Kalau iya, bisa jadi peluang bisnis tuh, pasarnya luas.
Tapi sebenarnya sudah ada sumber pemenuhan kebutuhan kasih sayang, yang gratis, tak perlu dicari, tanpa paksaan, yaitu keluarga.
Baik secara fitrawi maupun hukum masyarakat, setiap individu punya hak mendapatkan kasih sayang dari keluarganya. Mungkin sudah menjadi genetik manusia, bahwasannya mereka terdorong untuk mencintai makhluk yang satu dapur makanan dengan dirinya. Tanpa bayaran dan imbalan, keluarga secara sukarela mau memberikan perhatian. Dan tanpa kekhawatiran, kita bisa membuka secara personal kedirian kita kepada keluarga.
Namun sayangnya, banyak orang tidak mendapatkan kasih sayang keluarga yang ideal. Mungkin karena kehidupan keluarga jaman sekarang lebih sibuk untuk membangun ekonomi, tol, dan jembatan ketimbang aspek sosial mereka. Alhasil, generasi mudanya mencari kasih sayang dari luar sana. Entah dari pacar, teman, atau pacarnya teman.
Adapun teman atau pacar pada dasarnya kurang layak untuk dijadikan sumber pemenuhan kasih sayang. Karena teman kan ya, cuma teman, tidak ada kewajiban bagi mereka untuk memberikan kasih sayang kepada kita. Agak riskan juga kalau kita cerita terlalu personal kepada teman, yang notabene merupakan pihak tanpa ikatan permanen terhadap diri kita. Demikian juga pacar, meskipun kedekatannya melebihi sekedar teman, kan tetap harus jaga hijab ya. Apalagi pacarnya teman.
Sehingga dalam hal ini, keluarga merupakan sumber daya utama dalam pemenuhan kebutuhan kasih sayang. Sedangkan teman, pacar, atau lingkungan bisa menjadi alternatifnya.
Yang jadi masalah adalah kalau keluarga, teman, dan lingkungan semuanya tidak menjalankan fungsinya tersebut. Ya jadinya begitu, stress, depresi, nge-pil, nge-bir, cuma buat mengisi kekosongan hati. Kalau tidak begitu, beberapa orang akan pura-pura sok kuat, "Gua kagak butuh kasih sayang," katanya. Lalu kembali menyibukkan diri ke tol dan jembatan. Mereka itulah orang-orang yang mengabaikan kebutuhan, mencoba membodohi diri sendiri.
Jangan begitu ya.. Kita semua butuh kasih sayang. Bukan hanya tentang kesehatan, tapi juga untuk peradaban dan fitrawi kalian.
Saya berharap kalian semua memiliki cukup sumber daya kasih sayang. Terutama keluarga kalian, semoga mereka baik-baik saja. Keluarga yang mau meluangkan waktu, duduk bersama dan berbicara sama kalian. Dan jika mereka sudah tiada, maka saya harap kalian mau menikah. Bangun keluarga yang baru. Itu adalah separuh dari agama.
Komentar
Posting Komentar